Salin Artikel

Ambulans

Selama ini, ada tiga jenis ambulans sesuai fungsinya. Pertama, ambulans gawat darurat. Ambulans jenis ini harus dilengkapi peralatan medis di dalamnya.

Kedua, ambulans transportasi. Ambulans ini untuk merujuk atau mengantar pasien ke rumah sakit atau perawatan lebih lanjut. Di dalam ambulans ini, tersedia tabung oksigen.

Ketiga, ambulans jenazah, fungsinya untuk mengantar ke pemakaman.

Dalam melakukan tugasnya, ambulans dilengkapi sirene, suara dan lampu berkelap-kelip. Ini bertujuan menarik perhatian pengendara di jalan yang dilaluinya. Jadi, apabila ambulans lewat, maka kendaraan lain harus menepi, mengalah, dan mendahulukan ambulans.

Alangkah istimewanya yang namanya ambulans ini. Di jalan, boleh dikatakan dia adalah raja jalanan. Alasan timbulnya keistimewaan ini karena faktor kemanusiaan saja.

Mengelabui

Keistimewaan yang dimiliki ambulans di jalanan ini membuat orang lain berpikir lain. Ada saja yang ingin memanfaatkan keistimewaan ini untuk kepentingan tertentu dan untuk mengelabui pihak lain.

Baru-baru ini, 26 Juni 2020, tersiar video di media sosial yang memperlihatkan sebuah mobil ambulans dari Desa Sukerojo, Lumajang, Jawa Timur. Ambulans tersebut diketahui mengangkut dua ekor kambing!

Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati geram melihat ambulans yang disalahgunakan untuk mengangkut binatang. Kelakuan memalukan ini dinilai tidak sesuai dengan etika.

Tahun lalu, tepatnya 25 September 2019, pernah juga tersiar berita ambulans Jakarta dan PMI diduga membawa batu ketika terjadi demonstrasi pelajar di depan Gedung MPR/DPR yang berujung kerusuhan.

Dugaan tersebut muncul karena ketika terjadi kerusuhan ada tiga pelajar yang memasuki ambulans dan di dalam ambulans itu ditemukan batu, bukan peralatan medis.

Tetapi ternyata berita ambulans membawa batu tersebut tidak benar. Pihak kepolisian sudah mengklarifikasi bahwa tidak benar ambulans tersebut membawa batu. Yang jelas adalah tiga pelajar ini hanya berlindung di dalam ambulans dengan membawa batu.


Ada lagi berita santer ketika terjadi kerusuhan pada 21-22 Mei 2019 di depan Gedung Bawaslu. Sebuah ambulans yang dibawa dari Tasikmalaya ke Jakarta dengan logo sebuah partai politik diduga membawa batu dan tidak terdapat fasilitas medis.

Tetapi ini pun sudah diklarifikasi, tidak benar ambulans milik partai politik tersebut membawa batu. Yang ada adalah tandu/brankar dan spanduk.

Pada Idul Fitri tahun 2020 ini, Pemerintah memang melarang warga mudik untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Tetapi, ada saja akal warga agar bisa mudik.

Kali ini ambulans dimanfaatkan lagi. Awalnya pemudik ini (ibu dan anak), mengaku sakit tifus, kemudian mereka memesan ambulans dan menunggu di depan klinik di daerah Kediri, Tabanan, Bali. Ambulans ini diminta mengantar ke Jember, Jawa Timur.

Tetapi ketika pemudik ini diperiksa Kasatlantas Polres Tabanan, pasien yang mengaku sakit tifus ternyata sehat-sehat saja.

Selain itu, tidak ada pendampingan tenaga medis dan tidak ada peralatan medis juga. Petugas Pos Sekat Selabih akhirnya meminta ambulans tersebut putar balik.

Mussolini dan ambulans

Soal penyalahgunaan fungsi ambulans sebenarnya bukan hal baru. Dulu, semasa pecah Perang Dunia kedua, fungsi ambulans pun disalahgunakan. Buku Perang Eropa jilid 2 karya P.K. Ojong dengan editor R.B. Sugiantoro, mengisahkan nasib diktator fasis Italia Benito Mussolini.

Ceritanya begini...

Raja Victor Emmanuel III dari Italia dan Benito Mussolini sebagai Perdana Menteri tidak pernah sepaham selama 20 tahun. Apalagi, Mussolini memihak Jerman-Hitler dalam kancah Perang Dunia kedua ini, sedangkan Raja Victor tidak menyukai Hitler.

Lalu Raja Victor mencari cara melengserkan Mussolini dari pemerintahan. Maka Raja Victor membentuk tim rahasia, sangat rahasia, untuk mengatur strategi ini, sampai-sampai pihak intelijen Mussolini tidak mengetahui sama sekali.

Singkat cerita, tim rahasia segera beraksi mendekati Clara Petacci, kekasih Mussolini, agar ia mau membujuk Mussolini mau datang ke Istana menemui Raja Victor.

Bujukan berhasil. Maka pada tanggal 25 Juli 1943 sore, Mussolini mendatangi Raja Victor di Istana. Raja Victor dengan pakaian seragam militer berpangkat marsekal menyambut kedatangan Mussolini, kemudian mengajak ke dalam.

Di dalam istana, mereka hanya berbicara berdua saja. Mussolini pada kesempatan itu melaporkan kepada Raja bahwa Dewan Agung Fasis telah menjatuhkan mosi tidak percaya kepadanya. Mussolini mengatakan bahwa mosi itu tidak perlu.

Mendengar hal tersebut, Raja Victor tidak sependapat dengan Mussolini. Raja mengatakan bahwa setiap keputusan yang diambil Dewan Agung Fasis sangat penting.

“Kalau begitu, berarti saya harus meletakkan jabatan sebagai perdana menteri,” sahut Mussolini.

“Betul,” jawab Raja Victor.

”Dan saya hendak mengatakan kepada Tuan, saya menerima peletakan jabatan Tuan sebagai kepala pemerintahan,” lanjutnya.

Mendengar hal itu, Mussolini langsung pucat pasi, berdiri sempoyongan, seperti menerima pukulan dahsyat di dadanya.

“Kalau begitu, tamatlah riwayat saya...,” kata Mussolini dengan suara lemah.


Kemudian Mussolini meninggalkan Istana, di depan dia mencari-cari sopir dan mobilnya. Tetapi, sopirnya entah ke mana. Mussolini mencoba memanggil nama sopirnya, tetapi yang muncul adalah seorang kapten dari Carabinieri (polisi militer) pihak kerajaan.

Mussolini baru sadar, bahwa di depannya ada sebuah mobil ambulans dengan tanda palang merah telah menunggu. Mussolini ingin melewatinya, tetapi kapten tadi menghalangi dia, bahkan dalam waktu bersamaan muncul beberapa perwira Carabinieri mengelilinginya.

Dengan hormat, kapten itu menunjuk ke mobil ambulans.

”Bukan ke mobil Tuan, tapi ke dalam ambulans ini....”

Mussolini tidak berdaya, tanpa perlawanan ia pun masuk ke dalam ambulans. Beberapa perwira yang membawa senjata otomatis ikut masuk. Kemudian pintu dibanting dan ambulans dilarikan sekencang-kencangnya!

Rakyat yang melihat ambulans yang dilarikan dengan kencang pada sore yang panas itu, tidak akan mengira, isinya seorang tawanan diktator Italia Benito Mussolini menuju Gazza del Popolo, markas pasukan polisi militer, Carabinieri.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/03/20232681/ambulans

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke