Salin Artikel

PSBB Jadi Berkah bagi Penjual Masker, Sehari Dapat Untung Rp 150.000

Penyebaran yang cepat secara global menjadi momok bagi masyarakat, terlebih bagi perekonomian rakyat kecil.

Pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai upaya memutus penyebaran virus, namun di sisi lain hal ini juga berdampak domino. Banyak perusahaan yang terpaksa memberhentikan operasionalnya sementara, sehingga ribuan pekerja harus dirumahkan.

Bahkan tak sedikit yang mendapatkan pemberhentian hubungan kerja (PHK). Sejumlah pertokoan selain penyedia makanan pun dilarang untuk beroperasi.

Alih-alih mencari penghasilan pengganti, masyarakat pun memutar otak untuk mencari penghasilan tambahan agar dapur tetap "ngebul" di tengah pandemi ini.

Mereka pun memanfaatkan kondisi pandemi ini dengan menyediakan apa yang diperlukan.

Seperti halnya yang dilakukan Ade (47) yang memanfaatkan PSBB di Bandung dengan menjajakan dagangan berupa masker dan sarung tangan yang wajib digunakan pengendara.

Seperti diketahui, dalam penerapan PSBB ini pengendara wajib mengenakan masker dan sarung tangan, apabila tidak maka petugas akan melakukan tindakan. Dari sudut pandang Ade, aturan tersebut menjadi satu celah untuk berjualan.

Di Jalan Rajawali tepatnya di pos pemeriksaan, Ade dan pedagang lainnya berdiri di pinggir jalan menawarkan sarung tangan dan masker dagangannya kepada pengendara.

Tak sedikit, pengendara yang tak mengenakan membeli barang tersebut kepada Ade.

Ade menawarkan satu sarung tangan seharga Rp 10.000 dan satu masker seharga Rp 5.000.

Hal ini dilakukan Ade sejak PSBB Bandung Raya diberlakukan sampai PSBB Jabar saat ini, setiap hari di waktu pagi dan sore, warga Jalan Sudirman ini mangkal di pinggiran jalan.

"Ya, lumayanlah kang, cari penghasilan lain," kata Ade di Jalan Rajawali, Kota Bandung, Rabu (6/5/2020).

Untung Rp 150.000

Sehari rata-rata Ade meraup untung hingga Rp 150.000, tapi itu pun jika cuaca tak hujan dan pengendara ramai di jalanan.

Apabila cuaca hujan, Ade hanya bisa pasrah dengan keadaan, lantaran penghasilannya pun berkurang.

Ade mengaku terpaksa turun ke jalan berjualan, padahal ia pun mengetahui ada imbauan tak keluar rumah saat pandemi ini.

Namun apa daya, sepertinya kebutuhan perut lebih mendesak dibanding potensi bahaya virus Covid-19.

Apalagi, dagangan makanan yang biasa dijual Ade di tempat ramai atau pasar kaget di daerah Gasibu, saat ini dihentikan sementara oleh pemerintah.

Ditambah, suaminya terpaksa menganggur setelah dirumahkan perusahaan tempat bekerja.

"Awalnya dagang makanan di tempat ramai seperti Gasibu dan pasar kaget lainnya, tapi karena PSBB, jadi dihentikan sementara. Buat cari penghasilan lain ya, pilihannya jual sarung tangan sama masker ini," tutur Ade.

Senada seperti Ade, Santo pun melakukan hal yang serupa. Setiap hari ia menawarkan sarung tangan dagangannya ke pengendara motor.

Dari hasil jualannya itu dalam sehari selama PSBB, Santo dapat menjual 1 lusin (12) sarung tangan miliknya.

Satu sarung tangan dijual Rp 10.000, namun Santo tak menjual masker. Menurutnya, saat ini setiap orang telah banyak yang mengenakan masker.

"Saya cuma jual sarung tangan saja, kalau masker pengendaranya pakai semua," kata Santo.

Keyakinan Santo akan konsep rezeki di agamanya cukup kuat. Ia yakin, meski banyak warga yang melakukan hal serupa dengannya di Jalan Rajawali, namun Santo tak pernah mengeluh takut merugi.

"Alhamdulilah kalau rezeki mah selalu ada, toh sudah diatur juga sama Tuhan, tinggal kitanya saja yang ikhtiar menjemputnya," pungkas Santo.

Baik Santo maupun Ade memang berangkat dari dasar seorang pedagang.

Di tengah pandemi ini tentu berdampak bagi mereka secara ekonomi.

Meski begitu, keduanya tak pernah berhenti berusaha, bukan maksud mengabaikan dirinya sendiri di tengah pandemi, namun di sisi lain urusan perut tak bisa dikompromi.

https://regional.kompas.com/read/2020/05/06/21460521/psbb-jadi-berkah-bagi-penjual-masker-sehari-dapat-untung-rp-150000

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke