Salin Artikel

Penjelasan Sekolah soal "Study Tour" yang Jadi Pemicu Pembunuhan Anak oleh Ayah

Pelaku tega menghabisi anaknya dengan cara mencekik leher korban.

Pembunuhan itu dilatarbelakangi masalah uang study tour sekolah sebesar Rp 400.000.

Korban meminta uang untuk study tour kepada ayahnya. Namun sang ayah yang juga pelaku hanya memiliki uang Rp 300.000. Akibatnya, korban dan pelaku cekcok hingga berujung pada pembunuhan.

Terkait study tour, Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman prihatin dan tengah menyelidikinya.

Ia menilai, kegiatan study tour telah memberatkan siswa dan orangtuanya selama ini.

Pihak sekolah beralasan kegiatan study tour itu telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu dan telah mendapatkan persetujuan dari komite sekolah.

"Jadi untuk study tour sekolah Delis itu, sesuai dengan program sekolah. Sifat kegiatannya tidak wajib. Malahan biayanya bisa subsidi silang. Artinya bagi yang berprestasi itu dikasih gratis dari sekolah. Kita sudah ada persetujuan dari pengurus komite sekolah," jelas Wakil Kepala SMPN 6 Tasikmalaya, Saefulloh, kepada wartawan, Jumat (28/2/2020).

Saeffuloh menambahkan, pihaknya tetap bersikukuh bahwa pungutan biaya study tour ke para siswanya itu sudah sesuai dengan buku panduan yang telah ditandatangani oleh kepala Dinas Pendidikan dan komite sekolah.

Pungutan biaya study tour kepada para orangtua siswa di sekolahnya, lanjut Saefulloh, sudah masuk ke program tahunan.

"Pokoknya begini, sekolah intinya tidak mewajibkan, kita sudah sesuai persetujuan komite. Nah, kalau diwajibkan tentu sekolah yang melanggar," katanya.

Biaya study tour sekolah selama ini dibebankan kepada para orangtua murid sesuai persetujuan sekolah dan komite sebelumnya sebesar Rp 390.000.

Namun, meski study tour di sekolah menjadi awal penyebab pembunuhan siswi oleh ayahnya, pihak sekolah tetap akan melaksanakan kegiatan tersebut pada 6 Maret 2020 mendatang.

"Study tour ke Bandung ini pergi ke tempat bersejarah. Nah, kalau murid yang tidak ikut di hari itu akan belajar seperti biasa di kelas karena sama-sama belajar," tambahnya.

Dikofirmasi terpisah, Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman, menilai acara study tour bisa menyebabkan kesenjangan sosial.

Siswa pasti ingin ikut memaksakan meminta uang ke orangtuanya tanpa melihat kondisi ekonomi keluarga saat itu.

"Kadang-kadang ada perkataan uang segitu setahun sekali masa tidak ada. Berbeda kan, kalau pas orangtuanya tak punya uang seperti Delis. Rata-rata pasti semua murid ingin ikut memaksakan. Ini harus jadi evaluasi sekarang ini bagi seluruh SD dan SMP di Kota Tasikmalaya," ujar Budi.

Diberitakan sebelumnya, kasus ini bermula saat warga Cilembang Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya digegerkan dengan temuan sesosok mayat perempuan tersembunyi di gorong-gorong depan gerbang sekolahnya di SMPN 6 Tasikmalaya, Senin (27/1/2020) sore.

Mayat tersebut saat ditemukan masih berseragam lengkap pramuka dan berkerudung.

Di samping jasad terdapat tas sekolah berisi identitas serta buku-buku sekolah milik korban.

Tim Unit Identifikasi atau Inafis Polres Tasikmalaya Kota berhasil mengevakuasi jenazah yang tersembunyi tersebut dengan cara membongkar tembok beton saluran drainase tersebut.

Dalam buku-buku di tas berwarna pink dekat mayat tersebut tertera nama korban, Delis Sulistina, salah satu siswi kelas VII D SMPN 6 Tasikmalaya.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/28/13065701/penjelasan-sekolah-soal-study-tour-yang-jadi-pemicu-pembunuhan-anak-oleh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke