Salin Artikel

Sosok-sosok Heroik di Balik Tragedi Susur Sungai, Mbah Diro dan Kodir Pertaruhkan Nyawa

Termasuk mengenai aksi penyelamatan para siswa yang hanyut yang dilakukan oleh beberapa orang.

Nama Mbah Diro, kakek berusia 71 tahun; serta Sudarwanto alias Kodir (37) si pemancing, mencuat ke hadapan publik.

Mbah Diro dan Kodir menyelamatkan puluhan siswa, sekalipun taruhannya nyawa mereka sendiri.

Teriakan minta tolong siswa-siswa SMPN 1 Turi membulatkan tekadnya untuk terjun ke Sungai Sempor ketika ia tengah membersihkan makam.

"Saya sudah mau memperingatkan supaya naik saja karena cuaca tidak mendukung. Lalu sudah dengar anak-anak minta tolong. Anak saya langsung menghampiri, katanya anak-anak kintir (hanyut terbawa arus)," kata kakek 71 tahun itu, seperti dikutip Tribun Jogja.

Mbah Diro yang berperawakan kurus itu menggapai anak-anak yang hanyut.

Beberapa bocah yang lemas karena kelelahan menahan derasnya arus lalu digendongnya.

"Saya sempat ikut hanyut, anak masih di punggung saya. Saya bisa pegangan, tapi karena batu licin, jadi terpeleset, kaki kena dan luka," kata dia.

Saat itu, Mbah Diro tahu bahaya pun dapat mengancam dirinya yang telah tua.

Sebab, arus Sungai Sempor saat itu memang deras luar biasa.

Namun, satu hal yang terus ia pikirkan, yaitu menyelamatkan sebanyak-banyaknya siswa.

Kodir dan Tri memang memiliki kebiasaan memancing setelah turun hujan.

Namun, baru saja tiba, ia dikagetkan dengan jeritan minta tolong para siswa.

Mereka pun meloncat ke sungai dan menemukan sejumlah siswa dalam keadaan bersusah payah bertahan dari terjangan arus Sungai Sempor.

"Saya tak pikir panjang lagi, apalagi saya sudah hafal betul kondisi sungai di sekitar situ," kata Kodir.

Kodir fokus mengevakuasi siswa-siswa di tengah sungai. Sementara Tri mengevakuasi siswa yang berada di pinggir sungai.

"Saya renang ya berat karena arusnya deras. Satu-satu saya gendong terus bawa ke pinggir," katanya.

Kodir bertahan melawan derasnya arus selama lebih kurang 2,5 jam. Ia berhasil mengevakuasi lebih dari 10 orang siswa.

Mereka menerima penghargaan berupa sertifikat dan uang tunai Rp 10 juta.

Sebelumnya, Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun juga memberikan tali asih kepada keduanya.

Apresiasi datang lantaran mereka menyelamatkan orang lain meski harus mempertaruhkan nyawa.

Kodir mengaku, niatnya menolong hanya karena rasa kemanusiaan, bukan mengharap imbalan.

Sementara Mbah Diro dalam kesempatan itu mengatakan, bukan hanya dirinya dan Kodir yang menyelamatkan siswa-siswa. Namun, ada banyak warga yang menolong.

"Saya berat menerima ini. Karena bukan hanya saya, tapi banyak yang menolong. Uang ini akan saya bagikan dan sumbangkan untuk membangun masjid," kata Mbah Diro.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor: Khairina) Tribun Jogja

https://regional.kompas.com/read/2020/02/26/11000001/sosok-sosok-heroik-di-balik-tragedi-susur-sungai-mbah-diro-dan-kodir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke