Salin Artikel

Sejak Indonesia Merdeka, Baru Kali Ini Warga Seko Bisa Rasakan Jalan Aspal

Akhirnya, mimpi masyarakat Seko pun tercapai sehingga mereka bisa bepergian ke Kota Kabupaten Luwu Utara dengan mudah.

Pengaspalan jalan itu dilakukan Balai Besar Jalan Nasional (BBJN) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sementara pengerasan pembukaan jalan itu dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel.

Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman dalam keterangan resminya, Selasa (3/12/2019), mengatakan, sinergitas Kementerian PUPR dan Pemprov Sulsel pada pembangunan jalan menuju Seko adalah bukti kepedulian pemerintah terhadap daerah-daerah terisolasi.

“Kami tahu, masih banyak jalan yang terisolir di Sulsel dan ini baru awal dan bukan akhir. Kami hanya pelayan masyarakat dan berusaha maksimal. Dan, kami berharap semoga Allah subhanahu wata'ala senantiasa memudahkan dalam menjalankan amanah ini,” kata Andi Sudirman.

Di tempat terpisah, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah membacakan sambutan seragam Presiden Joko Widodo saat memimpin upacara Hari Bakti Pekerjaan Umum (PU) yang ke-74 tahun, di Rujab Gubernur Sulsel, Jalan Jendral Sudirman Makassar, Selasa (3/12/2019).

Di hadapan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup Pemprov Sulsel serta para pejabat di Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Sulawesi Selatan, Nurdin menyampaikan berbagai pembangunan infrastruktur yang berhasil dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

“Jalan tol, bandara, pelabuhan dan masih banyak lagi pembangunan infrastruktur yang kita akan bangun nantinya," kata Prof Nurdin Abdullah membacakan sambutan serentak Presiden Republik Indonesia.

Khusus di Sulsel, Pemerintahan Nurdin Abdullah bersama wakilnya, Andi Sudirman Sulaiman dalam satu tahun memimpin Sulsel, berhasil membangun infrastruktur untuk mendukung konektivitas dan membuka jalur terisolir di beberapa daerah di Sulawesi Selatan.

“Kami sudah membuka akses jalan daerah terisolir di Kecamatan Seko, pembangunan Bandara Buntu Kunik di Tana Toraja, pembangunan jalur Pengkep-Bone melalui Tonasa Parigi, akses jalan dua jalur dan empat lajur Bua menuju Rantepao Toraja, jalan pintas dari Larompong menuju Kabupaten Luwu, serta pembangunan pedestrian dan perbaikan fasilitas destinasi wisata di beberap daerah di Sulawesi Selatan,” ungkap Nurdin.  

Tak pernah merasakan aspal

Sebelumnya diberitakan, sejak 74 tahun Indonesia merdeka, masyarakat Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan tidak pernah merasakan jalanan aspal.

Jalan untuk menuju ke Kecamatan Seko itu berlumpur dan berkubang dengan jarak tempuh sekitar 8 jam perjalanan.

Untuk bisa melalui jalan itu, masyarakat Seko harus memodifikasi motornya dengan menggunakan ban trail. Sedangkan, kendaraan roda empat sulit dilalui dengan kendaran biasa.

Sehingga, masyarakat Seko harus mengeluarkan uang Rp 700.000 hingga Rp 1.000.000 sebagai sewa ojek. Di Kecamatan Seko inilah dikenal ojek termahal di Indonesia.

Melihat kondisi tersebut, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah memprioritaskan pembangunan jalan di Kecamatan Seko yang berbatasan dengan tiga provinsi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.

Bahkan jalur itu dirancang berbentuk segitiga emas di Kecamatan Seko untuk meningkatkan perekonomian di wilayah terpencil.

“Jalur segitiga emas ini akan menghubungkan akses jalan dari Seko, Sulawesi Selatan ke Sulawesi Tengah melalui Kabupaten Sigi dan Sulawesi Barat melalui Mamuju. Kita terus berusaha agar akses jalan ini tidak hanya sampai di Seko saja. Kita ingin membuat jalur segitiga emas yang nantinya menghubungkan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat,” kata Nurdin beberapa waktu lalu.

Kecamatan Seko merupakan daerah terpencil di Kabupaten Luwu Utara. Kecamatan itu memiliki 12 desa yang terletak di Pegunungan Kambuno dan berada 2.985 meter di atas permukaan laut.

Masyarakat di sana menggantungkan hidupnya pada bertani, berkebun dan beternak kerbau. Daerah ini dikenal degan penghasil kopi terbaik, baik jenis robusta maupun arabika.

Selain ojek motor digunakan dari Kecamatan Masamba ke Kecamatan Seko dengan harga mahal, masyarakat juga bisa menggunakan moda transportasi pesawat dua kali sepekan yang berangkat dari bandara perintis Kecamatan Masamba ke bandara perintis di Kecamatan Seko.

Untuk bisa naik pesawat jenis Casa dengan kapasitas 24 penumpang ini, warga harus memesan tiket jauh hari sebelumnya dengan harga Rp 300.000.

https://regional.kompas.com/read/2019/12/03/13511241/sejak-indonesia-merdeka-baru-kali-ini-warga-seko-bisa-rasakan-jalan-aspal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke