Salin Artikel

Mengembalikan Kejayaan Lada Bangka Belitung...

KOMPAS.com – Lada merupakan salah satu bumbu yang paling banyak digunakan untuk masakan, khususnya di Indonesia.

Dijuluki king of spicy, lada memiliki rasa pedas yang nikmat jika dicampur pada menu makanan berkuah, seperti sop, taburan di daging panggang, dan masih banyak lainnya.

Tapi, tahukan Anda di mana daerah di Indonesia yang menghasilkan lada terbaik? Jawabannya ada di Bangka Belitung.

Bukan berlebihan jika menyebut lada Bangka Belitung sebagai yang terbaik. Aromanya harum.

Nilai piperinnya berada di angka 7, yang diklaim lebih tinggi dari daerah mana pun di Indonesia.

Piperin merupakan senyawa khas yang ada pada lada, yang baik untuk melawan penyakit yang berkaitan dengan obesitas.

Selain sebagai daerah dengan penghasil lada putih terbaik, Bangka Belitung juga tercatat sebagai daerah penghasil lada terbesar Nasional.

Data yang disampaikan Pemprov Bangka Belitung, dari 80.000 ton penghasilan lada Indonesia per tahun, 40.000 ton atau setengahnya berasal dari Bangka Belitung.

Mengembalikan kejayaan lada Bangka Belitung

Era reformasi merupakan masa emas bagi para petani lada di Bangka Belitung.

Ketika itu, produksi lada banyak, sehingga ekspor pun besar. Tapi, belakangan petani lada di Bangka Belitung mulai beralih profesi.

“Setelah reformasi, petani kita beralih ke tambang,” kata Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan, ketika berkunjung ke kantor Kompas, di Menara Kompas, Jakarta, belum lama ini.

Harga lada yang turun menyebabkan petani enggan menanam.

Karenanya, gubernur yang sudah 2,5 tahun memimpin ini ingin mengembalikan kejayaan lada Bangka Belitung seperti dahulu.

Hal itu sesuai dengan salah satu tagline janji kampanyenya ketika mencalonkan diri sebagai gubernur.

Erzaldi mengaku, sedang mengatur strategi pemasaran. Tak lama lagi, ia ingin BUMD berperan memasarkan lada asli setempat.

BUMD nantinya akan membeli langsung lada dari petani. Harga lada per kilogram di level petani saat ini Rp 46.000.

Namun, BUMD nantinya akan menetapkan tarif ideal agar petani bisa memperoleh profit. 

“Saya sekarang hilirisasinya memaksakan untuk BUMD, mengelola, nanti bisa ekspor sendiri,” ujar dia.

Ekspor ke luar negeri pun nantinya harus dari Bangka Belitung, tidak melalui daerah lain di Indonesia.

Riset produksi

Erzaldi menyebut, pihaknya bekerja sama dengan kampus UGM dalam riset untuk menghasilkan lada terbaik.

“Kami dapat menemukan komponen atau bahan yang bisa mencegah penyakit kuning dan busuk akar, terus teknologi tak lagi gunakan junjung mati, sekarang junjung hidup,” ujar dia.

Pemprov Babel tak banyak melakukan riset soal pemasaran, karena percaya dengan kualitas lada petani mereka.

“Kami enggak melakukan riset apa-apa dari segi pemasaran, karena lada kita the best quality, tinggal kita cari pasarnya ke mana,” ujar dia.

Lada Bangka Belitung bakal bersaing dengan lada dari Vietnam, yang menguasi pasar di sejumlah negara, seperti di Rusia.

Sebagai Negara penghasil rempah-rempah, penghasilan lada Indonesia per tahun masih kalah dibandingkan Vietnam.

Erzaldi menyebut, dalam setahun, Vietnam mampu menghasilkan 300.000 ton lada.

Dia berharap, ada dukungan dari pemerintah pusat untuk mengembalikan kejayaan lada Bangka Belitung.

“Pak Jokowi ingin mengembalikan kejayaan rempah-rempah itu dua tahun lalu, saya waktu kampanye gubernur tagline-nya mengembalikan kejayaan lada. Artinya, ya harus ada keterlibatan pemerintah pusat,” ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2019/10/21/18431401/mengembalikan-kejayaan-lada-bangka-belitung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke