Salin Artikel

Kabut Asap Pekat, Alat Uji Kualitas Udara BMKG dan DLH Samarinda Rusak

Begitu juga dengan alat uji udara milik Dinas Lingkungan Hidup Samarinda pun rusak.

Hal itu membuat udara di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, tak bisa diuji kualitasnya. 

Prakirawan BMKG Samarinda Sutrisno mengatakan, rusaknya alat uji udara itu karena direndam banjir Juni lalu. Kini alat tersebut tak berfungsi.

"Rusak sejak Juni lalu, aaat itu pompa terendam jadi belum bisa berfungsi. Belum ada perbaikan," ungkap Sutrisno, di Samarinda, Rabu (18/9/2019).

Fungsi alat ini mengukur kualitas udara dalam beberapa kategori, sehat, tidak sehat atau berbahaya.

Saat ini pihaknya sedang menunggu teknisi dari Jakarta untuk perbaikan alat tersebut.

Jika berfungsi, kata Sutrisno alat itu akan menyedot udara sebagai sampel kemudian masuk ke analiser untuk proses analisis.

Lalu terhubung dengan komputer membaca kandungan udara dan langsung dipublikasi melalui website resmi BMKG pusat tiap saat.

"Kalau buka website BMKG, di situ ada tampilan kualitas udara. Alat ini yang mengukur kualitas udaranya," ungkap dia.

Sejak terpasang 2015 lalu, alat ini sering terkendala karena kurang perawatan (maintenance). Untuk biaya perawataan, pihaknya mengharap dari BMKG pusat.

Sementara, alat uji milik DLH Samarinda yang terpasang di simpang empat Mall Lembuswana Samarinda pun tengah rusak sejak 2018 lalu. Alat itu kini tak berfungsi lagi.

Kasi Pencemaran DLH Samarinda Kisman mengatakan, sejak rusak, alat tersebut belum juga diperbaiki.

Padahal keberadaan alat tersebut sangat penting.

"Kalau sudah usia lebih dari 10 tahunan itu pasti perawatannya pun sulit. Kecuali ada pengadaan barang baru. Kami di bagian pencemaran ingin ada alat ukur. Jadi kami bisa pantau setiap hari," katanya.

Kisman tak bisa memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kualitas udara di Samarinda karena tidak ada alat uji.

Pengadaan alat itu, kata Kisman butuh dana miliaran. Dia tak tahu persis angka pastinya. Biaya perawatan pun mahal berkisar ratusan juta.

Karena kondisi keuangan daerah cekat membuat sejumlah fasilitas umum tak terawat termasuk alat uji udara milik DLH Samarinda.

Menurut Kisman tak hanya di Samarinda, beberapa kabupaten dan kota lain di Kaltim pun masih minim alat uji.

Selain harga mahal, biaya perawatan pun tergolong besar sehingga membebankan APBD.

Dinas Kesehatan Samarinda Rustam menuturkan, secara umum dampak udara yang tidak sehat berakibat orang mudah terkena ISPA, penyakit mata, paru hingga kulit.

Untuk itu, dirinya mengimbau agar di tengah kepungan asap warga diminta mengunakan masker saat beraktivitas diluar rumah.

Menurut Rustam sejauh ini belum terjadi peningkatan pasien yang terdampak kabut asap.

Tapi, Rustam meminta warga tetap berjaga. Terlebih anak di bawah lima tahun, bila diajak beraktivitas di luar ruangan baiknya memakai masker.

Sebagai informasi kabut asap yang mengepung Samarinda dan beberapa kabupaten lain disebabkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah daerah di Kaltim. 

Selain dipicu karhutla di Kaltim, asap kiriman dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat pun mengarah ke Kaltim karena arah angin selatan dan barat daya.

https://regional.kompas.com/read/2019/09/18/16313431/kabut-asap-pekat-alat-uji-kualitas-udara-bmkg-dan-dlh-samarinda-rusak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke