Salin Artikel

Tercemar, Air Danau Batur Bali Tidak Layak Dikonsumsi Langsung

Berdasarkan klasifikasinya, air di Danau Batur masuk dalam kelas II atau tidak layak dikonsumsi.

Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bangli, I Gusti Laksana, Jumat (31/5/2019) membenarkan hal tersebut.

Ia menyebut, pencemaran air Danau Batur disebabkan oleh beberapa hal di antaranya karena keberadaan aktivitas KJA, aktivitas boat di dermaga, hingga aktivitas pertanian di sekitar Danau Batur.

“Termasuk aktivitas pembuangan limbah rumah tangga. Kalau zaman dulu aktivitas rumah tangga di sekitar danau cenderung bisa terfilterasi alami, melalui tanah dan tanaman-tanaman tertentu di pinggiran danau. Sedangkan saat ini pembuangan limbah langsung menuju ke danau,” ucapnya.

Gusti Laksana mengungkapkan, pengujian terhadap kualitas air Danau Batur selama ini rutin dilakukan.

Pada pengujian terakhir yang dilakukan, terdapat beberapa kandungan tertentu di antaranya pestisida yang disinyalir merupakan imbas dari aktivitas pertanian di sekitar.

Demikian pula sisa oli dan sisa bahan bakar solar dari mesin penyedot air yang disinyalir jumlahnya lebih dari 200 unit.

Selain pengalami pencemaran, kadar oksigen di dalam danau juga cenderung dangkal.

“Berdasarkan pengukuran salah-satu universitas asal Jepang bersama dengan Universitas Udayana tahun 2017, kedalaman Danau Batur di titik tengah yakni 82 meter. Dari kedalaman tersebut, kandungan oksigen hanya 11 meter. Berdasarkan pengukuran itu pula, klasifikasi air di Danau Batur masuk dalam kelas II, atau tidak layak minum,” ucapnya.

Lebih lanjut dijelaskan, klasifikasi air terbagi ke dalam empat kelas. Pada kelas I, merupakan layak konsumsi namun tetap melalui proses pengolahan. Sedangkan pada kelas II merupakan kategori cemar ringan.

Gusti Laksana menjelaskan, klasifikasi air ini tidak layak minum secara langsung, artinya harus melalui proses terlebih dahulu, mulai dari proses filtrasi serta direbus.

Namun demikian, air yang terkategori kelas II bisa digunakan untuk aktivitas pertanian, peternakan, hingga wisata air.

“Sedangkan terkategori kelas III atau cemar sedang hanya dipakai pertanian atau peternakan. Tidak bisa untuk wisata air. Sedangkan di kelas IV (cemar berat), air masih bisa dipakai untuk pertanian,” jelasnya.

Gusti Laksana menambahkan, selama ini masyarakat di sekitar danau tidak ada yang memanfaatkan air Danau Batur untuk dikonsumsi secara langsung.

Kebanyakan masyarakat mengkonsumsi air melalui sumur-sumur dangkal yang dibuat di dekat danau.

“Dengan cara ini, tentu air Danau Batur sudah melalui proses penyaringan di tanah,” katanya.

Lakukan Upaya Penyelamatan

Guna mengatasi pencemaran yang terjadi di Danau Batur, Gusti Laksana mengatakan Pemkab Bangli sejauh ini sudah mulai melakukan upaya penyelamatan dengan membentuk kelompok kerja (pokja) pengelolaan Danau Batur.

Ia menyebut penanganan pencemaran air utamanya dengan menerapkan pertanian pola organik mulai dari pupuk hingga sistem perawatan tanaman.

“Kami berupaya agar pertanian sekitar tidak menggunakan pestisida. Caranya dengan pola tanam tumpang sari. Selain bisa menyuburkan tanah, upaya ini bisa mengendalikan penyakit tanaman maupun hama yang muncul,” ujarnya.

Selain mengatasi soal pencemaran, pihaknya juga akan mengembalikan kemurnian air. Caranya dengan menggunakan nano bubble.

Dikatakannya, pihaknya telah mengusulkan 10 unit nano bubble generator (NBG). Nantinya, 10 unit alat tersebut akan dipasang di sepuluh titik sekitar Danau Batur.

“Sudah kami siapkan tempatnya mulai dari Desa Terunyan sampai Desa Songan. Alat ini memasukkan oksigen ke dalam air, sehingga diyakini bisa memurnikan air dan meningkatkan kualitas air. Mengenai efektivitas dari 10 alat itu, kami akan lakukan uji lab terhadap kualitas air tiga bulan pasca pemasangan,” tandasnya.

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Pencemaran Masuk dalam Kategori Kelas II, Air Danau Batur Tidak Layak Konsumsi

https://regional.kompas.com/read/2019/06/01/12045561/tercemar-air-danau-batur-bali-tidak-layak-dikonsumsi-langsung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke