Penghargaan itu diberikan langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, di Gedung Grahadi Surabaya, Jumat (8/2/2019) malam.
Penghargaan itu diterima Fary, atas jasanya sebagai penggerak sepak bola di perbatasan Indonesia dan Timor Leste.
"Golden award ini sebenarnya bukan karena saya, tetapi karena spirit dan harapan anak-anak di daerah Kabupaten Belu, perbatasan Indonesia-Timor Leste, yang selalu memacu saya untuk melakukan sesuatu di sana," kata Fary, kepada Kompas.com, di Kupang, Minggu (10/2/2019).
Fary mengatakan, anak-anak itu tinggal di daerah perbatasan tetapi mereka tidak terbatas dalam menggapai mimpi dan harapan.
Sepak bola dini, lanjut Fary, menjadikan mereka memiliki dunia, mempunyai mimpi besar untuk hidup yang lebih baik.
"Bersama anak-anak perbatasan melalui sekolah sepak bola dan akademi sepak bola Bintang Timur Atambua, kami menenun kain harapan dengan spirit, membangun harapan di tanah perbatasan," sebut Fary.
Golden award ini, kata Fary, akan semakin memacu dirinya untuk terus menumbuhkan harapan dan semangat anak-anak perbatasan.
Perbatasan, kata Fary, hanyalah lokus atau tempat. Namun, ikhtiar mengejar mimpi meraih bintang tidak terkurung dalam keterbatasan-keterbatasan perbatasan.
"Sepak bola menjadi jalan meraih bintang, mengejar mimpi. Bersama anak-anak perbatasan dan manajemen BeTA serta masyarakat perbatasan, kami menembus batas, meretas sekat. Dari batas untuk Indonesia raya," ujar dia.
https://regional.kompas.com/read/2019/02/10/10370031/jadi-penggerak-sepak-bola-di-perbatasan-ri-timor-leste-fary-francis-terima