Salin Artikel

Bencana Kekeringan, Sembilan Kecamatan di Ponorogo Krisis Air Bersih

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo mendroping air bersih sebanyak dua kali.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Ponorogo Setyo Budiono yang dihubungi Kompas.com, Kamis ( 19/10/2018) malam menyatakan, terdapat 19 titik wilayah yang mengalami krisis air bersih di sembilan kecamatan.

"Sembilan kecamatan yang dilaporkan mengalami krisis air bersih yakni Slahung, Mlarak, Sampung, Pulung, Badegan, Balong, Bungkal, Sawoo dan Jenangan. Dari sembilan kecamatan itu, krisis air bersih menyebar ke 19 dukuh di 15 desa," kata Budi.

Hasil pendataan timnya, kata Budi, jumlah warga yang terdampak krisis air bersih di 19 titik di sembilan kecamatan mencapai 1.592 kepala keluarga.

Ia menambahkan belum turunnya hujan hingga pertengahan Oktober menjadikan dampak bencana kekeringan makin meluas. Pasalnya pada bulan Juni 2018, krisis air bersih dilaporkan terjadi di 11 titik di lima kecamatan yaitu Pulung, Balong, Badegan, Sampung, Bungkal, dan Mlarak.

Kemudian hingga pertengahan Oktober tahun krisis air bersih meluas di empat kecamatan yakni Bungkal, Slahung, Sawoo dan Jenangan.

Dia memperkirakan krisis air bersih karena terjadi kerusakan alam sehingga membuat sumber air di desa tersebut habis.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, BPBD Kabupaten Ponorogo mengirim mobil tangki berisi air bersih seminggu dua kali. Saat pengedropan air bersih, selain mengisi jerigen warga, tim BPBD Ponorogo juga mengisi tandon umum di 19 titik.

"Satu kali droping air yaitu 12.000 liter air atau dua tangki. Air tersebut biasanya digunakan masyarakat untuk kebutuhan air minum, memasak, dan sebagian kecil untuk kebutuhan MCK," ungkap Budi.

Air bersih

Menurut Budi, BPBD Ponorogo sejak bulan Juni lalu telah mendroping air bersih ke desa-desa terdampak.

Sebelum distribusi air bersih, BPBD juga melakukan survei ke lokasi untuk melihat kondisi medan yang akan dilalui dan ketersediaan tandon untuk air bersih.

"Kalau ada titik yang belum memiliki tandon air, kami akan membuatkan embung kecil dari terpal untuk menampung air bersih droping BPBD,” kata Budi.

Budi menyampaikan salah satu kendala petugas BPBD dalam droping air bersih ini yaitu medan terlalu sulit dan jarak tempuh yang cukup jauh. Kondisi itu terkadang menjadikan droping air bersih ini bisa molor dari jadwal yang ditentukan.

Sejak Juni hingga Oktober ini, tercatat sudah lebih dari sekitar 500 tangki air atau sekitar 3 juta liter air bersih yang didistribusikan ke masyarakat yang terdampak kekeringan. Harapannya, warga menghemat penggunaan air bersih mengingat kekeringan masih terus berlanjut.

https://regional.kompas.com/read/2018/10/19/06564741/bencana-kekeringan-sembilan-kecamatan-di-ponorogo-krisis-air-bersih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke