Salin Artikel

Kirab Waisak dari Candi Mendut ke Borobudur Sedot Perhatian Masyarakat

Meski terik matahari menyengat, mereka terlihat bersemangat berjalan kaki sembari melantunkan puja bakti (doa).

Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Siti Hartati Murdaya, menyebutkan kirab merupakan bagian dari prosesi peringatan Tri Suci Waisak yang bermakna meditasi berjalan.

“Ini momen yang paling khusuk, saat ini kita memikirkan kesadaran diri, sehingga pikiran menjadi balance, dan tidak terganggu dengan apa yang terjadi di luar sana,” jelas Hartati.

Kirab ini rutin digelar setiap tahun pada peringatan Waisak yang dipusatkan di candi Borobudur. Kegiatan ini pun menjadi momentum yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat sekitarnya.

Masyarakat sudah memenuhi tepi sepanjang jalan dari Candi Mendut sampai Candi Borobudur yang jaraknya sekitar 4-5 kilometer. Mereka juga menantikan ketika sejumlah Biksu memercikkan air berkah ke arah mereka.

Bhiksu Wongsin Labhiko Mahathera, Ketua Widyakasaba Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), menjelaskan air yang dipercikkan itu sebelumnya telah disemayamankan di Candi Mendut.

Diambil dari sumber mata air umbul jumprit pegunungan Sumbing, Kabupaten Temanggung.

"Air disemayamkan di Mendut selanjutnya dipercikan di kepala atau tubuh umat sehingga mereka dapat sinar cinta kasih sang Buddha," jelas Wongsin.

Pada kirab itu juga menampilkan barisan marching band Walubi, umat yang membawa bendera merah putih, relik Sang Buddha, bendera Buddha, pataka-pataka para Majelis, dan bunga sedap malam.

Kemudian ada juga iring-iringan gunungan hasil alam, seperti padi, sayur, buah-buahan dan palawija. Kirab terlihat lebih indah karena adanya barisan pemuda-pemudi Buddha yang mengenakan pakaian tradisional dari seluruh daerah di Indonesia.

Beberapa di antara mereka, ada juga yang mengenakan kostum tokoh Kera Sakti, Biksu Tong Sam Chong, dan murid-muridnya.

Biksu Wongsin, yang juga Ketua Biksu Dharma Duta Thailand untuk Indonesia, itu melanjutkan kirab adalah prosesi yang harus dilakukan para umat Buddha menjelang dharamsanti dan detik-detik Waisak.

“Kirab mempunyai arti sebagai persembahan dan penghormatan kepada Sang Buddha. Harus dilakukan dengan hikmat, sambil membaca paritta (doa) memohon berkah Waisak," jelas Wongsin.

Peringatan Waisak di candi Agung Borobudur diikuti oleh sejumlah majelis dalam Buddha Indonesia, dan beberapa tokoh Buddha dari berbagai negara Thailand, Laos, India, Tiongkok, dan Singapura.

https://regional.kompas.com/read/2018/05/29/15491871/kirab-waisak-dari-candi-mendut-ke-borobudur-sedot-perhatian-masyarakat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke