Salin Artikel

Bertahun-tahun Hidup di Tepi Jalan, Mbah Daplon Akhirnya Dibawa ke Panti Jompo Cilacap

Sempat menolak untuk dievakuasi, Mbah Daplon akhirnya menyerah dan pasrah ketika diangkut petugas ke Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia ‘Dewanata’ Cilacap.

Perangkat Desa Sikampuh, Asep Nurahman mengatakan, sudah lebih dari setahun, Mbah Daplon menetap di bahu jalan protokol tersebut. Hidup sebatang kara, setiap malam kakek yang berusia sekitar 80 tahun itu hanya tidur beralas rumput, berselimut plastik terpal dan beratap langit.

“Warga sekitar merasa kasihan, sudah berkali-kali dibujuk untuk diantar pulang, tapi dia bilang enggak punya rumah, dari kecil hidup di jalan,” katanya.

Karena ngotot untuk tetap tinggal di tepi jalan, akhirnya warga sekitar berinisiatif untuk membangunkan sebuah tenda mungil untuk Mbah Daplon. Namun bukannya ditinggali, Mbah Daplon justru tetap memilih tidur di luar tenda dengan berselimut plastik terpal.

“Tiap hari ada saja pengendara yang lewat ngasih nasi, roti, uangnya juga banyak dikasih sama orang,” ujar Asep.

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial, Sunarti mengatakan, tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) sudah berkali-kali mendatangi lokasi. Segala upaya prefentif telah dilakukan demi membujuk Mbah Daplon untuk tinggal di panti jompo.

“Mbah Daplon sudah nyaman, soalnya setiap hari dikasih makanan sama orang lewat,” katanya.

Kisah Mbah Daplon akhirnya viral dan menjadi perhatian setelah seseorang menunggah fotonya di media sosial. Hingga akhirnya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menurunkan petugas untuk mengevakuasi yang bersangkutan ke panti jompo.

Kepala Seksi Bimbingan Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia ‘Dewanata’ Cilacap, Eko Agus Kurniawan mengatakan, sesampainya di panti, Mbah Daplon langsung dimandikan dan dipotong rambut. Namun demikian, Mbah Daplon masih sulit untuk diajak berkomunikasi dan lebih banyak diam di kamar.

“Sementara kami masih menduga Mbah Daplon tidak mengalami ganguan psikotik. Perilakunya juga tidak agresif, diajak ngobrol nyambung, cuma hemat bicara,” jelasnya.

Mbah Daplon rencananya akan tetap tinggal di panti hingga petugas dapat mengidentifikasi latar belakang dan mengembalikan kepada keluarganya. Mbah Daplon ditempatkan di Wisma Bhisma, dan tidur dengan satu teman sekamar.

“Biasanya rata-rata 1 bulan tinggal di panti, setelah kita lakukan pendekatan dan asesmen, baru mau terbuka,” pungkasnya.

Cilacap kawasan pembuangan PGOT

Fenomena Mbah Daplon, seorang tuna wisma berusia lanjut yang bertahun-tahun hidup di tepi Jalan Ahmad Yani, Desa Sikampuh, Kecamatan Kroya, Cilacap, Jawa Tengah menjadi perhatian banyak pihak.

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial, Sunarti mengatakan, pihaknya selama ini sebenarnya tidak pernah lepas tangan. Sudah berkali-kali tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) berupaya membujuk Mbah Daplon untuk pindah ke panti jompo dan mendapat kehidupan yang layak.

“Tapi yang bersangkutan sudah nyaman hidup seperti itu, soalnya setiap hari selalu ada yang ngasih makan,” katanya.

Sunarti mengungkapkan, selama kurun waktu 2018, sudah dua kali dinas sosial menggelar razia Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT). Sedikitnya ada 35 PGOT terjaring, mereka yang didominasi oleh penderita gangguan psikotik itu masih menjalani proses rehabilitasi di rumah sakit jiwa.

“Kesulitan kami justru ketika menjaring pengemis, sebab mereka sudah seperti naluri untuk mengemis, sudah bukan lagi untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup layak,” bebernya.

Perangkat Desa Sikampuh, Asep Nurahman mengungkapkan, wilayah Kroya memang dikenal sebagai tempat pembuangan orang dengan gangguan jiwa. Tahun ini saja, dia sudah mendapati sekitar tiga orang gila baru yang sering hilir mudik di jalanan kampung.

“Ada yang ngomongnya pakai bahasa jawa, ada juga yang pakai bahasa sunda,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Bimbingan Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia ‘Dewanata’ Cilacap, Eko Agus Kurniawan, mengaku kewalahan untuk menampung para PGOT lansia yang terjaring. Pasalnya, saat ini kapasitas panti telah penuh dan belum mendapat logistik tempat tidur tambahan.

“Setiap bulan ada sekitar 3-4 orang lansia penerima manfaat yang masuk, kami berusaha untuk tetap bisa menampung para lansia terlantar dengan berbagai cara,” katanya.

Eko menuturkan, di panti pelayanan sosial, para lansia yang terlantar akan mendapat penyantunan kebutuhan hidup dasar, layanan rehabilitasi sosial atau bimbingan, konseling, hiburan kesenian, pelatihan ketrampilan, serta kegiatan jasmani dan rohani.

https://regional.kompas.com/read/2018/05/24/17292651/bertahun-tahun-hidup-di-tepi-jalan-mbah-daplon-akhirnya-dibawa-ke-panti

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke