Salin Artikel

Indahnya Danau Perintis, Buah Gotong Royong Warga Suwawa

Tubuhnya berwarna gelap kontras dengan bagian depan wajahnya yang berwarna merah, jemari kakinya panjang memudahkan ia menginjak semak tanpa terpesok.

Di kejauhan pinggiran bukit, beberapa burung bersuara tak henti, seakan ingin melepas sore dengan kicauannya yang merdu. Senja di Danau Perintis memang indah.

Danau Perintis adalah cekungan yang sengaja dibendung oleh masyarakat pasca-kemerdekaan Indonesia. Gunanya untuk menampung air dan mengalirkannya ke sawah-sawah warga. Letaknya di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.

Bertahun-tahun danau ini tak disentuh, dan hanya menjadi cadangan air sawah jika musim kemarau tiba. Semak tumbuh subur, gerombolan pohon tumbango (nipah) dan gulma air memadati badan danau.

Seiring perkembangan zaman, danau mungil ini sering dikunjungi masyarakat luar Suwawa. Awalnya hanya untuk memancing ikan, namun kemudian beragam kepentingan bertemu di sini.

"Danau Perintis adalah aset masyarakat Suwawa, memiliki nilai sejarah karena para pejuang kita dulu sering rapat di sini untuk mengatur strategi melawan penjajah Belanda," kata Camat Suwawa, Achril Yoan Babyonggo, Sabtu (30/9/2017).

Menyadari memiliki potensi wisata alam ini, Achril Yoan Babyonggo kemudian membersihkan gulma air, rumput, enceng gondok, sampah, disingkirkan dari danau.

Tidak hanya sekali atau dua kali, ia lakukan bersama staf kecamatan dan masyarakat setempat melakukan huyula atau gotong royong membenahi danau ini.

Berminggu-minggu masyarakat digerakkan untuk membersihkan danau. Tidak ada hari libur bagi mereka, Sabtu-Minggu tetap bekerja.

"Saat danau sudah terlihat indah, saya bersyukur karena masyarakat melihat sendiri hasil kerja mereka," ujar Achril.

Tidak hanya berhenti di sini, Danau Perintis yang sudah bersolek ini harus dikenalkan kepada masyarakat. Ini pekerjaan yang harus dibuatkan perencanaannya oleh Camat Suwawa.

Bersama stafnya, Achril terus mendiskusikan cara mengenalkan dan menarik wisatawan agar datang ke destinasi baru ini.

"Akhirnya saya putuskan melalui media sosial. Murah dan efektif," tutur Achil.

Awalnya, ia melakukan pemotretan melalui ponsel, setiap sudut Danau Perintis didokumentasikan. Menurut dia, ini penting untuk menambah stok foto dan memberi nafas panjang promosi pariwisata.

Tidak puas dengan kamera ponsel, ia kemudian menggunakan kamera DSLR, hasilnya lebih menawan sebagai bahan promosi.

"Untungnya di sini jaringan komunikasi selulernya memadai, ada BTS Telkomsel yang bisa diandalkan," tutur Achil.

Promosi yang gencar membuahkan hasil, perlahan-lahan Danau perintis sebagai destinasi wisata diketahui orang banyak.

Kunjungan wisatawan, terutama pada akhir pekan mulai marak. Remaja, keluarga hingga rombongan sudah marak.

Sebuah rakit bambu yang didorong mesin tempel menjadi sarana untuk berkeliling danau. Dengan merogoh Rp 5.000, pengunjung bisa menaiki perahu ini dengan santai. Menjelajah pinggiran danau dan menatap Gunung Tilongkabila yang menjulang.

Sajian kopi khas Bone Bolango, Pinogu dan Gabulu menjadi menu yang bisa dinikmati di pinggiran danau. Pisang goreng atau sanggala dengan dabu-dabu, ikut menemani.

Milu (jagung) rebus atau bakar disajikan dengan sayur putungo (jantung pisang) yang dicampur parutan kelapa dan rempah-rempah, rasanya pasti lebih nikmat. Demikian juga bilendango atau ikan bela rica yang selalu menggoda untuk menyantapnya.

"Sudah ada masyarakat yang membuka warung makan khas Suwawa, silakan datang ke Danau Perintis," kata Achril Babyonggo.

Untuk masuk danau ini tidak dipungut biaya. Siapa saja bisa datang sambil menikmati udara segar yang diembuskan dari pinggiran hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Berkembangnya sektor pariwisata mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif, di Suwawa mulai digalakkan anyaman rumput mindu, untuk membuat upiah karanji, kopiah keranjang yang dulu sering dikenakan Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Sandiaga Uno.

Rumput mindu ini selama ini hanya tumbuh liar di kebun warga, namun dengan kehadiran wisatawan bisa ditawarkan sebagai cendera mata yang menawan.

Masyarakat pinggiran Danau Perintis kini lebih optimistis menatap masa depan mereka. Rumput dan tanaman air yang selama ini tumbuh liar di sekitar danau sekarang bisa diubah menjadi uang, menjadi harapan untuk kehidupan yang lebih baik.

"Banyak hal yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita. Saatnya bersyukur dengan memberi nilai tambah kepada rumput yang selama ini kita anggap tak berharga," kata Yosep, tokoh masyarakat Suwawa.

Upaya mengenalkan potensi pariwisata Danau Perintis melalui media sosial terbukti ampuh. Dengan biaya yang murah memiliki daya jangkau yang luas, efisien dan efektif.

Ketersediaan jaringan internet yang disediakan provider menjadi pemicu masyarakat untuk lebih kreatif.

Bukan hanya danau yang indah, kini kelezatan sanggala dan kopi Suwawa juga menghiasi ruang maya. Cita rasanya mengundang selera untuk berkunjung ke danau ini.

"Kerja keras masyarakat mendapat apresiasi, banyak kunjungan wisatawan lokal maupun nusantara. Ke depan akan lebih banyak lagi yang datang. Kami juga terus memanfaatkan jaringan Telkomsel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Achril Babyonggo optimistis.

https://regional.kompas.com/read/2017/09/30/16413721/indahnya-danau-perintis-buah-gotong-royong-warga-suwawa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke