Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanam Bibit Pancasila dan Pangkas Paham Radikal Hingga ke Lapas

Kompas.com - 12/06/2017, 13:11 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Polda Nusa Tenggara Barat memiliki sejumlah strategi untuk menangkal paham radikal pada masyarakat setempat.

Kapolda NTB Brigjen Pol Firli mengakui, NTB dikenal dengan dengan keberadaan kelompok islam radikal dan asal usul anggota kelompok teroris.

"Kalau tidak salah ada sembilan pelaku teroris di Poso (kelompok Santoso) berasal dari Bima. Tapi mereka enggak aksi di sini," kata Firli saat ditemui di kantornya di Polda NTB, Mataram, Senin (12/6/2017).

Firli mengatakan, di samping penindakan, langkah utama yang diambil Polda NTB yakni mencegah agar pengaruh ideologi radikal tidak menyebar. Caranya dengan melakukan pendekatan ke tempat-tempat yang rawan disusupi paham radikal seperti pondok pesantren hingga lembaga pemasyarakatan.

Polda NTB mengajak tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk melakukan pendekatan lembut ke masjid dan pondok pesantren yang menganut islam garis keras.

"Ada masjid di daerah Bima, kita ke sana melihat kegiatan kelompok mereka, seperti memanah," kata Firli.

(Baca: Wapres: Tingkatkan Fungsi Masjid untuk Tangkal Paham Radikalisme)

Selain itu, ada pula kegiatan sosialisasi pemahaman Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Undang-undang Dasar 1945, dan NKRI. Firli mengatakan, masyarakat diajarkan bagaimana menghargai bahwa warga negara Indonesia hidup dalam bingkai Pancasila yang memiliki keberagaman.

"Kalau seandainya nanti lihat ada ceramah di masjid mereka selalu para ustadnya cerita bagaimana itu NKRI, bagaimana kebinekaan, Pancasila, itu selalu dikelola," kata dia.

Sosialisasi mengenai kontra radikal dan Pancasila juga disebarkan di sejumlah lapas. Salah satunya lapas Klas IIA Mataram. Salah satu narapidana kasus korupsi, Juandi Setiawan mengatakan, polisi kerap mengisi kegiatan penyuluhan di lapas.

"Terutama seperti sekarang ini penyuluhan tentang pancasila. Sebelumnya penyuluhan tentang kewarganegaraan dan sebagainya," kata Juandi.

(Baca: Benih Radikalisme Mulai Masuki Sekolah)

Juandi menganggap apa yang disampaikan oleh polisi secara rutin di lapas sangat berguna bagi dirinya. Menurut dia, meningkatnya angka kriminalitas karena krisis moral.

Ia menyadari tak banyak yang paham makna Pancasila yang sesungguhnya. Nilai kemanusiaan dalam Pancasila luntur, berganti dengan tindak kriminal yang meningkat.

"Mungkin kita bisa tekan angka kriminalitas itu dengan mengingatkan kembali nilai pancasila yang melekat pada diri warga negara," kata dia.

Kompas TV Ratusan advokat bersatu mendukung kepolisian Indonesia menjaga keutuhan bangsa dan NKRI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com