Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pondok Ceria untuk Penanggulangan Trauma Anak Korban Gempa Aceh

Kompas.com - 09/12/2016, 08:09 WIB

BANCA ACEH, KOMPAS.com - Ada kisah memilukan dari gempa Bumi terukur 6,5 pada skala Richter di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh. Itu adalah saat seorang balita dilaporkan selamat dari reruntuhan rumah-toko yang ambruk di pusat ibu kota Kecamatan Meureudu.

Ibu sang balita itu, Mudiawati, pun turut meninggal dunia dalam musibah itu, saat dia masih sangat memerlukan kasih sayang dan pengasuhan. Kini bocah balita itu harus hidup seorang diri.

Bocah balita itu hanya seorang dari sekian bocah korban bencana gempa tektonik itu; para korban yang memerlukan perhatian dan perlakuan khusus agar traumanya hilang dan siap menghadapi kenyataan ke depan.

"Balita ini anak almarhumah Mudiawati, yang saat kejadian itu satu keluarga tinggal dalam ruko di Meureudu diperkirakan meninggal semua. Korban adalah rekan kami satu tempat mengajar di SMPN 2 Ulim," kata Nazarrudin, Sekretaris Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Pidie Jaya.

Balita korban itu, lalu diasuh sementara di Pondok Ceria yang didirikan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi alias Kak Seto. Pondok ini pada prinsipnya adalah pusat penanggulangan trauma pasca bencana.

 
Bisa dipahami betapa trauma menyisa setelah adegan-adegan mengerikan berada di dalam pusat bencana semacam gempa Pidie itu dialami korban, saat bangunan dan tanah bergoyang sangat keras tanpa mereka tahu persis bagaimana kelanjutan semua guncangan itu. 

Dalam mendirikan Pondok Ceria bagi anak-anak itu, Kak Seto bekerja sama dengan Kementerian Sosial. "Kedatangan saya ke lokasi bencana akan membangun pondok ceria untuk memulihkan rasa trauma anak-anak korban bencana," katanya.

Baca: Kisah Korban Gempa Aceh, dari Saksikan Anak Terjepit hingga Merangkak dalam Reruntuhan

Ia menyebutkan, kegiatan di Pondok Ceria itu di antaranya mengajak anak-anak korban bermain, melukis dan bernyanyi; bahkan mendirikan perpustakaan sehingga bisa melupakan kehilangan orangtuanya atau sanak saudaranya. Para ahli psikologi juga dilibatkan. 

"Ini untuk memulihkan kepribadian anak atas dahsyatnya bencana alam hingga diperlukan cara pemulihan dengan melupakan bencana yang pernah dialami," kata dia.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Warga korban gempa mengungsi sementara di Masjid Jami Al-Istiqamah Rhieng di Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie jaya, Aceh, Kamis, (8/12/2016). Gempa-gempa susulan yang masih terjadi sejak kemarin membuat seluruh warga yang menetap di Kabupaten Pidie Jaya memanfaatkan masjid sebagai tempat tinggal sementara.
Pendirian Pondok Ceria di Kabupaten Pidie Jaya ini sebetulnya tidak baru karena pernah dilakukan LPAI pada musibah bencana tsunami Aceh (2004) dan Yogyakarta (2006). "Di setiap terjadi musibah bencana alam, kami akan mendirikan pondok ceria untuk pemulihan trauma," katanya.

Sementara itu, Menteri Sosial, Khofifah Parawansa, menyediakan Pondok Ceria di sembilan titik bagi anak korban gempa Bumi yang terjadi di Aceh pada Rabu (7/12/2016).

"Kami menurunkan tim pemulihan dan konseling trauma ke Aceh sebanyak 13 orang yang diketuai Kak Seto pada Kamis pagi (8/12/2016)," ujar dia di tempat terpisah.

Menurut dia, akan menyusul pula tim pemulihan dan konseling trauma dari Bandung yang disesuaikan dengan jadwal penerbangan pesawat ke Aceh.

Baca: Jailani Sempat Telepon Keluarga Sebelum Tewas Tertimpa Reruntuhan karena Gempa Aceh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com