Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bunga Bangkai "Suweg" di Nias Selatan Itu Akhirnya Mati

Kompas.com - 01/10/2016, 13:15 WIB
Hendrik Yanto Halawa

Penulis

NIAS SELATAN, KOMPAS.com – Amorphophallus titanum atau bunga bangkai yang baru ditemukan warga di Desa Tuhemberua, Kecamatan Amandraya, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, pada 25 September 2016 lalu, akhirnya mati.

Fetero Halawa, kepala Desa Tuhemberua, melalui telepon seluler, Sabtu (1/10/2016) mengatakan, bunga langka itu kemarin sudah dipagari agar tidak diganggu orang yang ingin melihatnya. Namun kini, bunga berbau amis itu malah mati.

“Ya, sayang sekali hanya beberapa hari (bunga bangka) sudah mati,” kata Fetero.

Padahal, kata Fetero, seluruh warga desa merasa bangga memiliki bunga langka dengan tinggi 30 sentimeter dan lebar 40 sentimeter itu. Bahkan, warga sebelumnya sudah sepakat untuk melindunginya.

Baca juga: Bunga Berbau Amis Tumbuh di Kebun, Warga Nias Selatan Heboh

Kendati bunga bangkai sudah mati, namun masih ada harapan baru bagi warga yang ingin melihat kembali bunga tersebut. Pasalnya, di bunga yang sudah mati itu tumbuh tunas baru setinggi 5 sentimeter dan lebar 3 sentiimeter. Tumbuhnya tunas baru itu sudah dilaporkan ke penyuluh pertanian lapangan (PPL) Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Nias Selatan.

“Berita tumbuhnya tunas baru dari bunga bangkai ini sudah dilaporkan ke dinas,” ujar Fetero.

Di tempat berbeda melalui sambungan telepon, petugas PPL, Ricaman Halawa membenarkan bunga bangkai “suweg” yang pertama kali ditemukan di Kepulauan Nias sudah mati beberapa waktu lalu. Namun tadi pagi ia mendapat informasi dari kepala Desa Tuhemberua bahwa tumbuh tunas baru dari bunga tersebut.

“Ya, dengan adanya informasi ini, Dinas Pertanian dan Kehutanan berencana melakukan konservasi di tempat bunga itu tumbuh,” ujar Ricaman.

Bunga dengan klasifikasi bunga bangkai atau Suweg Titan Arum (Amorphpophallus titanium) tidak biasanya ditemukan di Kepulauan Nias. Bunga tersebut terbilang langka sehingga akan dilindungi oleh pemerintah melalui Dinas Pertanian Nias Selatan.

"Tetapi tidak dapat kita pungkiri akan keterbatasan sarana dan prasarana. Untuk itu, diharapkan adanya perhatian dan kerja sama dari berbagai pihak dalam melindungi bunga tersebut," harap Ricaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com