Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sayap Garuda Emas Membentang di Danau Limboto

Kompas.com - 17/08/2016, 09:55 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com -  Lambang Negara Burung Garuda berdiri kokoh di atas dermaga tempat Bung Karno mendarat dengan pesawat ampibi Catalina, puluhan tahun lalu di Danau Limboto, Kabupaten Gorontalo.

Burung Garuda ini berwarna keemasan dengan panjang bentang sayap mencapai enam meter dan tinggi empat meter.

Sebelum berada di tepi Danau Limboto ini, Garuda Emas ini telah diarak dari Desa Huntu Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo dan berakhir di Kabupaten Gorontalo.

Perjalanan panjang yang melewati 15 desa dan kelurahan ini disaksikan oleh ribuan orang sepanjang jalan pada awal Agustus lalu.

Demi membuat patung Garuda Emas ini, perupa Gorontalo, Pipin Idris menggunakan styrofoam sebagai bahan utamanya dengan rangka kayu.

Pipin adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Gorontalo (UNG).

“Sebenarnya tidak sulit membuat burung garuda ini, namun karena ukurannya yang besar dibutuhkan tempat yang lapang. Kami membuatnya di luar ruangan, berpanas-panas dan hujan selama sebulan,” kata Pipin Idris.

Kendala lain yang ditemui adalah menyusun konstruksi dan membuat bentuk sesuai dengan kaidah dan hitungan yang tepat serta proporsional. Bulu sayap, ekor dan leher sekian helai.

Biaya pembuatan patung Garuda Emas ini didapat oleh Komunitas Kelapa Batu dengan cara patungan dari uang anggotanya yang tidak seberapa.

“Kami mengumpulkan dari uang pribadi teman-teman,” kata Awaluddin Ahmad, penggerak komunitas yang sudah beberapa tahun terakhir berupaya menggelorakan semangat Indonesia di dermaga Desa Iluta, Kecamatan Batudaa ini.

Awaluddin dan komunitasnya sudah enam kali membuat kegiatan serupa. Lima kali di dermaga pendaratan Bung Karno dan satu kali di makam Pahlawan Nasional asal Gorontalo, Nani Wartabone.

Tahun lalu, Awaluddin dan teman-temannya membuat replika pesawat Catalina yang digunakan Bung Karno mengunjungi Gorontalo.

Bahan utama replika ini adalah bambu. Pesawat ampibi ini  gagah bersandar di tepi dermaga dengan sorotan lampu saat menjelang senja.

Di setiap kegiatan, berbagai poster, karya seni lainnya dibeber sepanjang situs cagar budaya ini. Pengunjung dengan mudah mendapatkan informasi sejarah awal kemerdekaan Indonesia.

“Ini cara kami mengajak masyarakat untuk menghayati kemerdekaan,” kata Pipin Idris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com