Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar Setuju Pemberi Uang ke Pengemis Diberi Denda

Kompas.com - 07/06/2016, 15:25 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo setuju jika masyarakat yang memberikan uang kepada pengemis, anak jalanan, ataupun gelandangan di Kota Semarang diberikan denda.

Bagi Ganjar, pemberian uang secara langsung akan menghilangkan semangat menjadi pekerja keras.

“Itu (beri uang) enggak pernah mengentaskan (kemiskinan), itu membuat perilaku buruk. Saya setuju saja, jangan dikasih,” kata Ganjar di Semarang, Selasa (7/6/2016).

Pada bulan Ramadhan, kecenderungan masyarakat untuk berbagi kian tinggi. Oleh karena itu, beberapa lembaga keagamaan yang menangani sedekah, infak, ataupun zakat bisa dioptimalkan.

Ganjar berharap agar dana yang diberikan tidak diberikan langsung kepada pengemis di pinggir jalan.

“Kala Ramadhan ini kan banyak amal, bentuknya bisa sedekah, infak. Nanti bisa dikelompokkan, tidak diberikan ke mereka (pengemis) agar bisa digulirkan dalam bentuk pelatihan,” tambah pria 47 tahun ini.

Sebelumnya, seorang warga Kota Semarang bernama Nugroho Wahyu ingin meminta kejelasan mengenai alasan Pemerintah Kota Semarang melarang memberi uang kepada pengemis dan anak jalanan. Pelarangan minim diiringi dengan operasi sehingga membuat para pengemis nekat kembali ke jalanan.

Dalam aturan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014, para pemberi uang ke anak jalanan, gelandangan, ataupun pengemis akan didenda Rp 1 juta atau maksimal satu bulan kurungan.

Menurut Ganjar, para pengemis dan anak jalanan masih akan terus ada. Operasi yang digelar Satuan Polisi Pamong Praja juga tidak membuat para pengemis jera. Atas hal itulah, perlu kesadaran juga dari masyarakat untuk tidak terus memberikan uang secara langsung.

“Betul PGOT itu banyak. Disapu juga balik. Apa mereka mau dikasih pelatihan? Coba dilihat di resos kita. Ada yang balik lagi, enggak kuat bekerja keras, enggak mau, dan enggak sabar,” kata Ganjar.

“Kalau biasanya kita ambil lalu dilatih dan dikelompokkan, memang ada yang mau berlatih dan sukses, tapi ada yang tidak. Tapi, banyak yang enggak mau,” tambah dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com