Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antraks Merebak, Omzet Pedagang Sate dan Coto Menurun Drastis

Kompas.com - 18/03/2016, 16:00 WIB
Junaedi

Penulis

PINRANG, KOMPAS.com — Wabah antraks yang mematikan puluhan ekor sapi dan kerbau di Pinrang, Sulawesi Selatan, sejak pertengahan Februari lalu tidak hanya membuat para peternak tradisional sapi dan kerbau merugi hingga ratusan juta rupiah.

Para pedagang berbahan baku daging, seperti pedagang sate, konro, dan coto makassar, pun merugi karena omzet penjualan mereka turun drastis hingga lebih dari 50 persen.

Sejumlah warung bahkan tutup karena pelanggannya menolak mengonsumsi daging untuk sementara karena khawatir terjangkit antraks yang kali pertama ditemukan menyerang ternak sapi milik warga di Desa Malimpung, Kecamatan Patampanua, pada awal Maret.

Ati, pedagang coto makassar, mengaku sepi dari pembeli sejak tiga pekan terakhir. Menurut Ati, penjualan cotonya menurun hingga lebih dari 50 persen dibanding sebelumnya.

“Pelanggan jarang yang datang, padahal sebelumnya ramai, terutama di siang hari saat jam makan. Namun, sejak penyakit antraks merebak, pelanggan jarang datang. Omzet penjualan pun turun hingga lebih dari 50 persen,” ujar Ati.

Pedagang daging sapi di Pasar Sentral Pinrang pun ikut terkena dampak penyebaran antraks. Meski mayoritas daging sapi yang mereka perjualbelikan di sejumlah RPH adalah sapi yang didatangkan dari luar daerah, seperti Enrekang, Soppeng, Bone, dan Wajo, relatif bebas antraks, tetapi permintaan daging di Pinrang tetap turun drastis.

Johor, pedagang sapi di Pasar Sentral, mengaku tak khawatir mengonsumsi daging. Alasannya, semua daging yang diperjualbelikan dipasok dari sejumlah pelanggannya di Soppeng, Bone, Wajo, dan Enrekang, termasuk Barru, Sulawesi Selatan, yang relatif aman dari antraks.

“Saya tidak khawatir makan daging. Saya ini membeli sapi dari pelanggan saya justru dari luar daerah Pinrang, seperti Soppeng, Wajo, dan Enrekang, yang bebas dari antraks,” ujar Johor.

Ayam laku keras

Sementara itu, pedagang ayam potong di Pasar Sentral dan sejumlah pasar tradisional di Pinrang beruntung.

Harga ayam potong sejak tiga pekan terakhir naik rata-rata Rp 4.000 per kilogram. Ayam potong yang biasanya dijual Rp 35.000 kini naik menjadi Rp 40.000.

Sumiati, pedagang ayam potong di Pasar Sentral Pinrang, mengaku, harga ayam potong sedikit terdongkrak sejak penyakit antraks merebak. Sumiati menduga banyak warga memilih mengonsumsi ayam potong untuk sementara karena khawatir dengan penyebaran antraks.

“Sudah dua pekan lebih harga ayam naik sedikit. Rata-rata Rp 4.000 per kilogramnya sejak sapi antraks merebak,” ujar Sumiati.

Petugas kesehatan hewan dari Dinas Peternakan Pinrang dan Balai Besar Veteriner Maros yang turun tangan membantu mengatasi wabah antraks hingga kini masih terus melakukan berbagai upaya penanggulangan dan pencegahan antraks agar tidak semakin meluas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com