UNGARAN, KOMPAS.com - Pencemaran Sungai Jatijajar di Bergas, Kabupaten Semarang akibat limbah sejumlah perusahaan mendapat respon pemerintah.
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Semarang berjanji segera menurunkan tim untuk melakukan kajian lapangan.
Kepala BLH Kabupaten Semarang, Nurhadi mengatakan, keluhan warga Desa Jatijajar dan pengaduan dari Organisasi Pelestari Sungai Indonesia (OPSI) Kabupaten Semarang telah masuk ke meja kerjanya.
Bahkan pihaknya juga telah melakukan mediasi antara perwakilan warga, OPSI serta pihak manajemen sejumlah perusahaan yang berada di sekitar sungai tersebut.
Kajian lapangan ini, katanya, menjadi upaya jangka pendek yang akan dilakukan untuk menangani persoalan dugaan pencemaran di Sungai Jatijajar.
"Dibutuhkan kajian serta pengujian guna mengungkap indikasi pencemaran yang diduga telah mengakibatkan menururnnya kualitas air Sungai Jatijajar," kata Nurhadi di Ungaran, Senin (2/10/2015).
Nurhadi menegaskan, terkait standar baku mutu air limbah sejumlah industri, secara rutin diuji laboratorium independen.
Demikian pula laporan berkala pengelolaan limbah cair hasilnya juga mampu memenuhi standar mutu air limbah yang disyaratkan.
Di luar upaya tersebut, masing- masing perusahaan juga berkewajiban melakukan pengamatan terhadap proses dan kinerja instalasi pengolahan air limbah (Ipal) milik mereka.
Jika kemudian air Sungai Jatijajar berwarna keruh kehitaman, sebenarnya belum dapat dikatakan kualitasnya jelek atau dapat dilatakan tercemar.
"Sebab dalam Perda Pemprov Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Air Limbah, persoalan warna memang belum bukan menjadi parameternya," tambah Nurhadi.
Ada baiknya, menurut Nurhadi, dilakukan kajian lebih mendalam terhadap dugaan pencemaran Sungai Jatijajar.
Sebab limbah yang dibuang ke sungai ini oleh perusahan-perusahaan di sekitarnya telah memenuhi baku mutu air limbah yang disyaratkan pemerintah.
Nurhadi melanjutkan, karakter masing-masing limbah yang dihasilkan tiap-tiap perusahaan berbeda.
Misalnya limbah industri garmen berbeda dengan limbah restoran dan pengolahan susu.
Meski semua limbah cair yang dihasilkan perusahaan sudah baik, boleh jadi akumulasinya menjadi persoalan ketika menyatu di badan Sungai Jatijajar.
"Karena spek masing- masing limbah berbeda. Inilah yang penting mendapatkan perhatian dan perlu dilakukan kajian," dia menegaskan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.