Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mustafa Tak Sadar Dorong Ibunya hingga Terjatuh dan Tewas

Kompas.com - 02/11/2015, 16:17 WIB
Kontributor Bireuen, Desi Safnita Saifan

Penulis

 

BIREUEN, KOMPAS.com — Tak terlihat gurat penyesalan pada wajah Mustafa Insya (45), pria yang diduga kuat membunuh ibu kandungnya, Maryam binti Ismail (70), warga Desa Lancok-lancok, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen, Aceh, Sabtu (31/10/2015).

Mustafa tampak tenang saat membeberkan kronologi kejadian. Namun, keterangannya berubah-ubah saat kisahnya mendekati detik-detik pembunuhan.

"Saya baik-baik minta bon zakat padi yang atas nama saya kepada ibu, tetapi tak diberi, malah saya dimaki. Karena kesal, saya mendorong hingga dia terjatuh," kata Mustafa di Mapolres Bireuen, Senin (2/11/2015).

Setelah mendorong sang ibu, dia mengatakan masih sempat mengangkatnya ke tempat tidur.

Anehnya, Mustafa tak mengetahui bahwa ibunya telah tewas. Kematian sang ibu baru diketahui saat ia sudah ditangkap polisi.

"Saat keluar rumah setelah mendorong ibu, saya tidak tahu dia sudah meninggal. Kalau tahu, saya kan tidak pergi mengembala sapi," ujarnya.

Mustafa malah menuding salah seorang tetangganya sebagai pembunuh Maryam. Namun, dia tak bisa menyebut nama tetangga itu dan motif pembunuhan.

Mustafa menegaskan, hubungannya dengan sang ibu sejauh ini tetap harmonis. Bahkan, untuk biaya hidup sehari-hari, Mustafa mengaku tak jarang memberi ibunya uang jika diminta.

"Kalau ada kerjaan, ada uang, saya beri. Kalau tidak, ya saya di rumah aja," sambungnya lagi.

Pengakuan Mustafa yang berubah-ubah ini dibenarkan Kasat Reskrim Polres Bireuen AKP Syamsul.

Dalam berita acara pemeriksaan (BAP), Mustafa memberikan keterangan yang tidak jelas.

"Kami terus mengumpulkan bukti dan saksi yang bisa menemukan titik terang kasus ini, terkait saksi akan kami lengkapi besok dari perangkat desa karena hari ini mereka masih melakukan penyaluran zakat padi di meunasah," ungkap Syamsul.

Syamsul menambahkan bahwa tersangka harus melalui pemeriksaan kesehatan kejiwaan.

"Setelah ini semua, kalau memang memungkinkan dan harus, kami akan periksa kondisi kejiwaan pelaku," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com