Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga: Bos Kampoeng Rawa Dihajar karena Hendak Cabut "Airsoft Gun"

Kompas.com - 18/08/2015, 21:24 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com - Pemicu pengeroyokan terhadap Bos Kampoeng Rawa, Agus Sumarno pada Jumat (14/8/215) sore diduga lantaran korban hendak mencabut pistol jenis airsoft gun saat didatangi warga. Sebelumnya, massa dari desa Bejalen mendatangi Kampoeng Rawa menuntut transparansi pengelolaan kawasan wisata hasil kongsi Kelompok tani, pemerintahan desa, sebuah lembaga keuangan dan Koperasi Jasa Pariwisata (Kopjapari) sebagai pengelola.

"Menurut kesaksian warga, saat ditemui dia malah mengambil airsoft gun dari pinggangnya," ungkap Kepala Desa Bejalen Nowo Sugiharto, Selasa (18/8/2015) siang.

Menurut Nowo, lahan yang digunakan sebagai lokasi Kampoeng Rawa adalah aset Desa Bejalen. Sebagai pemilik tanah dan anggota Kopjapari, warga Desa Bejalen empat bulan terakhir tidak mendapat bagi keuntungan atas pengelolaan Kampoeng Rawa.

"Masalah ini bahkan sudah dimediasi oleh kepolisian. Kami ingin ada transparansi dalam pengelolaannya. Tetapi mereka tidak ada itikad baik, Pak Agus Sumarno tidak pernah mau hadir untuk membahas hal itu," ujarnya.

Melihat prospek kerja sama pengelolaan Kampoeng Rawa yang tidak jelas, pihak desa dan kelompok tani setempat sudah melayangkan surat ke pengurus Kopjapari guna membatalkan kerja sama pemanfaatan lahan Kampoeng Rawa. Namun surat itu tidak digubris, sehingga pada hari itu, Jumat (14/8/2015), warga berusaha menemui Agus Sumarno, selaku ketua Kopjapari, untuk meminta penjelasan permasalahan tersebut.

Ketegangan dimulai saat rombongan warga sampai di pintu gerbang Kampoeng Rawa, mereka dihalang-halangi masuk oleh sejumlah orang yang disewa Agus Sumarno.

"Saat kami akan masuk dihadang tenaga keamanan sewaan. Mereka mengatakan selain yang tidak berkepentingan dilarang masuk, alasannya tanah itu dalam penguasaan mereka. Jalan masuk tersebut sudah ada sejak dulu sebagai jalan usaha pertanian. Tentu saja warga tidak terima," jelasnya.

Adu mulut tak terelakkan antar-kedua belah pihak. Saat memuncak, kontak fisik pun terjadi. Warga yang jumlahnya lebih banyak berhasil membuat kocar-kacir tenaga keamanan sewaan Agus Sumarno. Massa terus merangsek masuk hingga pendopo Kampoeng Rawa dan bertemu dengan Agus Sumarno. Sontak orang yang selama ini sulit dicari itu menjadi sasaran kemarahan warga. Dia dihajar warga hingga pingsan.

"Saya tak mampu mencegah kemarahan warga. Saat sampai di pendopo, saya lihat Pak Agus sudah terkapar dan satu tenaga keamanan sudah terluka. Kemudian saya angkut dia ke RSUD Ambarawa," kata dia.

Atas insiden itu, perwakilan Desa Bejalen, Rohmad K Adi mengakui tindakan warganya salah di mata hukum. Namun dirinya berharap aparat kepolisian bisa jernih melakukan penyelidikan dan penyidikan dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat yang lebih luas.

"Terlebih ada sikap dari Sumarno yang terus menghindar, menyewa tenaga keamanan yang over protective melebihi tugas kepolisian dan membekali diri dengan air softgun," kata Rohmad.

Secara terpisah, Kasat Reskrim Polres Semarang AKP Herman Sophian membenarkan Agus Sumarno membekali diri pistol airsoft gun saat dikeroyok warga. Namun hasil penyelidikan polisi menyebutkaan, yang bersangkutan tidak mengeluarkan senjata tersebut maupun mengancam menembak warga.

"Penyelidikan kami tidak mendasarkan pada isu atau informasi yang tidak jelas kebenarannya. Yang pasti, keterangan saksi, senjata itu tidak digunakan dan baru diketahui membawa airsoft gun saat di rumah sakit. Perawat yang hendak memeriksa menemukan air softgun di tubuhnya," kata Herman.

Sebelumnya dikabarkan, manajer obyek wisata Kampoeng Rawa, Kabupaten Semarang, Agus Sumarno, dan sembilan pengawalnya dikabarkan babak belur dikeroyok massa yang diduga warga Desa Bejalen, Ambarawa. Agus Sumarno yang juga ketua Koperasi Jasa Pariwisata (Kopjapari) saat ini masih terbaring di RSUD Ambarawa untuk menjalani perawatan. Diduga penganiayaan tersebut buntut dari kejengkelan warga terhadap Agus yang tidak transparan dalam pengelolaan Kampoeng Rawa Ambarawa. [Baca juga: Tidak Transparan, Bos Kampoeng Rawa Babak Belur Dihajar Massa]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com