Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Abu Guyur Berastagi Lebih dari Dua Jam

Kompas.com - 26/06/2015, 13:10 WIB

KABANJAHE, KOMPAS — Abu vulkanik Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara, kembali menyelimuti Kecamatan Berastagi yang terletak sekitar 15 kilometer arah timur puncak gunung. Langit menghitam dan abu terus turun lebih dari dua jam pada Kamis (25/6/2015).

Abu vulkanik sudah mengguyur kawasan wisata di Berastagi sejak pukul 08.00 hingga pukul 10.30. Bukit Gundaling yang biasanya pada pagi hari telah ramai oleh kesibukan pedagang pakaian yang membuka kios dan sejumlah sais yang menyiapkan kuda hingga pukul 09.30 masih sepi.

Dari puluhan kios pakaian, tanaman hias, buah, dan kafetaria, hanya ada empat kios yang buka. "Abu tebal sekali. Kalau dibuka, nanti barang dagangan kotor," kata Mardiah (40), pedagang yang baru bersiap membuka kios pukul 10.00. Biasanya kios-kios sudah buka pukul 08.00.

Selain khawatir barang dagangannya kotor, Mardiah juga khawatir jumlah pengunjung sedikit karena wisatawan menghindari abu vulkanik.

Hal serupa disampaikan Ibob (29), sais atau pemandu kuda tunggang di Taman Mejuah-juah. "Per hari kadang bisa mendapat Rp 200.000, tapi kalau ada erupsi dan abu seperti ini biasanya hanya dapat separuh dari biasanya," kata Ibob.

Selain mengganggu sektor pariwisata, abu juga mengganggu aktivitas warga. "Abu turun terus dari tadi dan ada sedikit bercampur pasir. Kami belum bisa bekerja," ucap Kasno, mandor dari 17 pekerja yang membuat parit di sekitar Bukit Gundaling.

Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Armen Putra mengatakan, sejak pukul 00.00 hingga pukul 09.00 terjadi enam kali awan panas guguran dengan jarak luncur 3.000-3.500 meter ke arah tenggara timur. "Tinggi kolom awan mencapai 4.000 meter dan angin bertiup ke timur sehingga abu vulkanik turun di Berastagi," ujar Armen.

Enam kali awan panas guguran itu terjadi pada pukul 00.28, 03.48, 05.20, 07.01, 07.38, dan 08.39. Awan panas guguran itu berdurasi 265-468 detik. Pada Kamis sejak pukul 00.00 hingga 06.00 juga terjadi 50 kali gempa guguran, 12 kali gempa frekuensi rendah, 1 kali gempa hibrida, dan gempa tremor terus-menerus. (Megandika Wicaksono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com