Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kematian Ibu Tinggi, Ganjar Mengaku Galau

Kompas.com - 11/06/2015, 14:27 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis


SUKOHARJO, KOMPAS.com
- Gubernur Jawa Tengah mengaku galau dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Tengah yang terbilang tinggi. Dia berjanji akan terus berusaha agar angka kematian ibu dan anak bisa berkurang.

Pada tiga bulan 2015 saja, sudah ada 115 kasus AKI dan AKB. Tahun 2014 lalu, ada 711 kasus, dan tahun 2013 sebanyak 675 kasus.

"Jujur, saya ini galau. Pingin matur (bilang) ke ibu-ibu bidan, kenapa ya angka kematian ibu meningkat. Itu kenapa penyebabnya?," kata Ganjar dalam forum Ngopi bareng Bidan dan Camat di Kabupaten Sukoharjo, Kamis (11/6/2015).

Ganjar mengatakan, berdasarkan data yang diperolehnya, tiap kelahiran 100.000 bayi pasti ada kejadian lima kali ibu meninggal. Pada tahun 2013 misalnya, angka meninggal karena pendarahan sebanyak 19 persen dan infeksi tiga persen. Dilihat dari waktu meninggal, 25 persen ibu meninggal dalam keadaan hamil, kemudian bersalin dan 58 persen saat nifas.

Tahun 2014, angka kematian meningkat. Saat pendarahan, ibu meninggal tercatat 23 persen, 4 persen karena infeksi, sedangkan saat hamil 27 persen dan bersalin 17 persen.

"Saya malu kalau tidak bisa menyelamatkan generasi sejak di kandungan," paparnya.

Ganjar menambahkan, semestinya angka kematian ibu maupun anak bisa ditekan. Pasalnya, ibu melahirkan sudah tidak lagi ke dukun bayi, melainkan ke bidan puskesmas. Untuk itu, Ganjar minta bidan serius menihilkan angka kematian.

"Kalau bisa tugas Anda sebagai bidan dinolkan kematian. Saya ingin ada program nginceng wong meteng (memperhatikan ibu hamil) agar nol kematian," paparnya.

Salah satu bidan Sukohajo, Hariyani, mengatakan, ibu meninggal lebih banyak terjadi dalam kondisi nifas. Biasanya, tiga hari selepas melahirkan ibu meninggal karena tekanan tensinya yang relatif tinggi.

"Sebelum ibu melahirkan, tensi tinggi biasanya menginjak usia 8-9 bulan. Ketika itu, kami sudah sarankan agar ibu bisa dirawat di rumah sakit," tambahnya.

Secara umum, angka kematian untuk ibu di eks Karesidenan Pekalongan 32 kasus, eks Karesidenan Semarang 28 kasus, eks Karasidenan Surakarta 15 kasus, eks karesidenan Banyumas 15 kasus, eks karesidenan Kedu 8 kasus dan eks karesidenan Pati 17 kasus. Total, dalam tiga tahun pertama 2015 sudah ada 115 kasus kematian ibu dan anak.

Berdasarkan data kewilayahan, daerah paling banyak yang membuat ibu meninggal antara lain Tegal 11 kasus, Grobogan 9 kasus, Banyumas 7 kasus, Brebes, Kendal, dan Pati 6 kasus.

Selain itu, Kabupaten Pekalongan 5 kasus, dan nol kasus di Rembang dan Temanggung. Sementara kematian anak rercatat sudah 1.271 yang tersebar di berbagai daerah. Dilihat dari wilayah, Kabupaten Grobogan menyumbang 104 kasus kematian anak, disusul Cilacap 74 kasus, Brebes 64 kasus, Banyumas 61 kasus, Banjarnegara 59 kasus dan Kota Surakarta hanya ada satu kematian bayi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com