"Jumlahnya memang terus berkurang. Kesepakatannya tidak memperbolehkan memasukan "mba-mba" (PSK) dari luar lagi," ujar Sarjono ketua RW 3 Sosrowijayan Kulon Kota Yogyakarta saat ditemui Kompas.com di lokasi pengajian, Selasa (09/06/2015) malam.
Sarjono menuturkan, pada tahun 2005, PSK yang berada di sarkem mencapai 500 orang. Pada tahun 2014, jumlahnya menurun menjadi 260 orang. Saat ini yang berada di dalam tinggal 90 orang.
"Mereka ada yang dari jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat," ucapnya.
Biasanya, lanjutnya, saat puasa atau Lebaran, para PSK pulang ke kampungnya masing-masing. Sebagian dari mereka pun lantas tidak kembali lagi ke Sarkem. Beberapa di antaranya juga telah keluar dari profesinya dan membuka usaha jahitan di kampung halamanya. Usaha yang dirintis itu pun kini telah berkembang. Bahkan mereka sudah memiliki karyawan lebih dari dua orang.
"Kan ada pendampingan, lalu kita usulkan ke pemkot untuk memberikan bantuan berupa mesin jahit. Mereka memberi kabar saya sekarang sukses, sudah punya karyawan 3 sampai 4 orang," tandasnya.
Namun demikian, imbuhnya, ada juga bantuan mesin jahit yang oleh satu dua PSK tidak digunakan untuk usaha dan malah dijual. Menurutnya, untuk memberikan pencerahan dan pendalaman soal agama, pengajian rutin digelar setiap bulan.
Seperti yang dilakukan Selasa (09/06/2015) malam tadi. Kehadiran Gus Miftah dalam pengajian diharapkan mampu memberikan solusi bagi mereka.
"Setiap bulan akan rutin diadakan. Harapnya warga serta "mba-mba" (PSK Sarkem) semakin taat beribadah dan mendapat pencerahan. Mereka juga senang, Gus Miftah menyampaikan pesan-pesan agama dengan santai dan ceria," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.