Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budidaya Laut Belum Optimal

Kompas.com - 01/04/2015, 19:09 WIB
PROVINSI Nusa Tenggara Barat mempunyai potensi perikanan tangkap dan budidaya laut yang besar. Namun, potensi itu belum tergarap optimal, terutama budidaya laut, karena kendala permodalan ataupun peraturan. Dari areal potensi budidaya laut seluas 57.245 hektar, yang dimanfaatkan baru 16.715 hektar.

Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, produksi perikanan tangkap pada 2014 sebesar 179.645 ton. Adapun produksi perikanan budidaya sebesar 887.207 ton, 770.374 ton di antaranya merupakan produksi rumput laut.

"Produksi rumput laut tersebut belum maksimal karena dari 25.000 hektar areal potensi budidaya seluas 25.000 hektar, baru sekitar 30 persen yang dimanfaatkan," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB Aminollah, Selasa (31/3).

Ada 10 kawasan di 7 kabupaten/kota di NTB yang dikembangkan untuk budidaya rumput laut. Salah satunya di Teluk Saleh, yaitu di Pulau Bajo, Kecamatan Kwangko, Kabupaten Dompu. Rumput laut yang dibudidayakan jenis cattoni dengan luas areal budidaya sekitar 250 hektar.

"Itu baru sekitar 30 persen dari potensi yang ada. Untuk memperluas areal budidaya membutuhkan modal besar, paling tidak sekitar 10 juta per hektar," kata nelayan rumput laut yang juga Ketua Koperasi Permata Bahari Syarifuddin. Ada 102 nelayan yang tergabung dalam koperasi tersebut.

Dia mengatakan, saat musim panen bagus, produksi bisa lebih dari 100 ton rumput laut kering. "Dalam satu tahun sebenarnya bisa panen hingga enam kali, tapi rata-rata hanya dua periode yang hasilnya bagus," katanya.

Berbeda dengan di Pulau Bajo, rumput laut di Teluk Cempi, Kecamatan Huú, Dompu, tidak perlu ditanam. Rumput laut jenis sargassum sp atau biasa disebut rumput laut coklat tumbuh subur secara alami. Nelayan tinggal memanennya.

Pemasaran rumput laut selama ini lancar, semua produksi bisa terserap pasar. Nelayan menjual rumput laut kering ke pengepul ataupun langsung ke perusahaan pengekspor rumput laut yang umumnya berkantor di Surabaya, Bali, dan Jakarta.

Untuk meningkatkan nilai tambah, Pemerintah Provinsi NTB bekerja sama dengan PT Ocean Fresh tahun ini membangun industri kosmetika berbahan rumput laut di Banyumulek, Lombok Barat.

Pemerintah Kabupaten Dompu juga membangun pabrik pengolahan rumput laut. Pembangunan pabrik itu dengan dana bantuan pemerintah tahun 2014.

"Saat ini belum beroperasi karena masih memperluas gudang, sambil menunggu masa panen Mei nanti. Nanti, rumput laut setelah dikeringkan, dipres menjadi berbentuk chip," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Dompu Agus Bukhari didampingi Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Edi Susilo kepada Kompas di Dompu beberapa waktu lalu.

Lobster

Adapun sektor perikanan tangkap yang mempunyai potensi besar adalah penangkapan benih lobster. Sentra penangkapan benih lobster terutama di perairan Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur. Benih lobster diekspor antara lain ke Vietnam dan Malaysia.

Hasil tangkapan benih lobster terus meningkat. Di Lombok Tengah, misalnya, hasil tangkapan lobster pada 2012 sebanyak 3.150.000 ekor, pada 2014 menjadi 5.497.400 ekor.

"Tetapi dengan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2015, usaha ini terhenti. Nelayan pun kehilangan pendapatan yang bisa Rp 8,6 juta per bulan. Padahal ada 5.632 nelayan yang menggeluti usaha ini," kata Aminollah.

Dia berharap Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan jalan keluar jangan hanya melarang, misalnya dengan membeli benih lobster tangkapan nelayan untuk dibudidayakan. (REK/IKA/ENG/RUL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com