Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Negara Belajar "Sekolah Ramah Anak" di Magelang

Kompas.com - 26/03/2015, 18:31 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Delegasi dari 11 negara mengunjungi SMP Negeri 1 Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk berbagi pengalaman tentang sekolah ramah anak, Kamis (26/3/2015). Kesebelas negera tersebut antara lain Swedia, Kamboja, Cina, Mesir, Etiopia, Malawi, Namimbia, Afrika Selatan, Tanzania, Vietnam dan Zambia.

Kedatangan mereka disambut meriah oleh para siswa dan guru setempat, serta perwakilan sekolah di sekitar Kabupaten Magelang. Para siswa menampilkan berbagai kesenian tradisional, tarian, alat musik angklung hingga permainan tradisional.

Setelah itu, 11 delegasi dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok mengunjungi beberapa kelas dan melihat langsung aktivitas belajar siswa-siswi di sekolah tersebut. Mereka juga terlibat diskusi dengan sejumlah guru dan siswa. Tidak jarang pula mereka berfoto "selfi".

Sri Mardiyani, ketua panitia "Kunjungan Sekolah Ramah Anak", menjelaskan, kunjungan 11 negara tersebut dalam rangka studi banding. Mereka berbagi pengalaman serta belajar tentang cara pengajaran di SMP Negeri 1 Tempuran yang telah ditetapkan sebagai sekolah ramah anak di Kabupaten Magelang.

"Kita sharing tentang pembelajaran terhadap anak, bagaimana kita memperlakukan pada anak, lalu mereka akan berdiskusi membahas apa yang mereka peroleh dan membandingkan dengan sekolah di negara masing-masing," jelas Sri.

Sri sangat menyambut baik dengan adanya program ini. Dia berharap acara tersebut tidak sekadar menjadi kegiatan seremonial belaka, tetapi juga menjadi pembelajaran bersama tentang pembelajaran anak ke depan.

Menurut dia, sekolah ramah anak berarti sekolah yang memperlakukan siswanya sebagaimana mestinya sebagai anak yang senantiasi dikasihi. Anak-anak, kata Sri, tidak bisa diperlakukan sama karena mereka mempunyai minat, bakat dan karakter masing-masing, tetapi bukan berarti didiskriminasi.

"Seharusnya bukan guru yang aktif tetapi anak yang aktif, tugas guru menstimulasi saja. Anak harus diberi keleluasaan dan kebebasan berekspresi sesuai dengan minat bakat mereka," papar Sri.

Agneta Flinck, salah satu delegasi dari Swedia, mengaku senang bisa berbagi ilmu "sekolah ramah anak" di SMP Negeri 1 Tempuran. Meski ia sempat kesulitan memahami bahasa Indonesia. Namun, ia melihat raut kebahagiaan pada siswa-siswa yang belajar di sekolah tersebut.

"Program ini sangat positif. Mereka (siswa) terlihat bahagia saat belajar, tanpa tekanan, ini yang penting sebagai sekolah yang ramah anak," ujar mahasiswa Lund University, Swedia itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com