Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TNI Butuh 150 Juta Amunisi, Pindad Cari Cara Rakit Ulang Peluru Bekas Latihan

Kompas.com - 29/01/2015, 17:07 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - PT Pindad (Persero) masih belum menemukan teknologi yang tepat dan aman untuk merakit ulang peluru bekas latihan tempur seperti usulan yang diberikan oleh Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Direktur Utama PT Pindad, Silmy Karim mengaku bakal mengevaluasi usulan merakit ulang peluru bekas latihan yang disampaikan oleh Komandan Jenderal Kopassus, Mayjen TNI Doni Monardo.

"Saya telah menyampaikan kepada jajaran saya di PT Pindad untuk melakukan evaluasi. Kalau ada faktor efisiensi itu masukan yang sangat baik," kata Silmy saat konferensi pers di Kantor Pusat PT Pindad, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Kamis (29/1/2015).

Silmy menambahkan, ada dua faktor yang mempengaruhi dalam hal merakit ulang selongsong peluru dan amunisi bekas. Namun Silmy tidak mengatakan kalau hal tersebut tidak mungkin dilakukan.

"Kita evaluasi secara teknis dan operasional apakah hal ini visible. Tetapi saya pikir tentunya di sini visible tinggal masalah permesinan yang akan kita atur sedemikian rupa agar bisa menindaklanjuti usulan tersebut," tutur dia.

Silmy menjelaskan, produksi amunisi untuk memenuhi kebutuhan pertahanan TNI memang belum tercukupi 100 persen. Dalam satu tahun, lanjut dia, satu orang prajurit TNI untuk tetap menjaga level kemampuannya rata-rata menghabiskan 1.500 butir peluru.

"Sehingga kalau kita lihat jumlah prajurit di Indonesia 450.000, maka setahun perlu 600 sampai 700 juta butir amunisi kaliber kecil ini idealnya," tutur dia.

"Permintaan amunisi dari Kemenhan Polri, TNI dalam setahun itu 150 juta amunisi. Kami tentu akan antisipasi untuk meningkatkan kapasitas dengan kurun waktu tertentu agar siaga juga. Bukan hanya sisi kapasitas, kualitas juga akan menjadi perhatian," tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com