Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alat Deteksi Dini Bencana Longsor Dipasang di Lereng Menoreh

Kompas.com - 16/12/2014, 12:50 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Jawa Tengah memasang alat pendeteksi dini bencana tanah longsor di kawasan lereng bukit Menoreh. Alat yang terbuat dari bambu itu dipasang diantara retakan-retakan tanah yang sudah terlihat di kawasan tersebut.

Meski sederhana alat tersebut dinilai mampu memberi peringatan dini kepada masyarakat lereng Menoreh sebelum terjadi bencana tanah longsor.

Joko Sudibyo, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang, mengatakan bahwa alat tersebut di pasang di beberapa titik terutama di lokasi keretakan, seperti di perkebunan dan teras rumah warga. Dua bilah bambu dipasang diantara retakan tanah. Diantara dua bambu itu lalu ditarik benang.

"Jika ada retakan tambahan, maka dua bambu ataupun penghubungnya itu akan mengalami pergeseran. Untuk mengetahuinya memang perlu pemantauan intensif setiap 12 jam," kata Joko, Senin (15/12/2014).

Joko melanjutkan, jika bambu bergeser 2-3 sentimeter, maka pertambahan keretakan tanah tergolong signifikan. Itu artinya warga perlu mengungsi ke lokasi yang lebih aman sementara waktu. Namun jika pergeseran alat ini sedikit, maka pergerakan tanah tidak signifikan dan warga masih bisa tinggal di kawasan tersebut.

"Alat ini merupakan hasil adopsi dari seorang profesor dari Jepang saat melakukan kunjungan ke Magelang bersama rektor Universitas Gajah Mada Yogyakarta beberapa waktu lalu." ungkap Joko.

Seperti diberitakan, keretakan tanah dan rumah terjadi di lereng bukit Menoreh, tepatnya di Dusun Gorangan Lor, Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Setidaknya delapan rumah mengalami retak-retak pada bagian dinding, teras hingga lahan perkebunan warga.

Setelah BPBD melakukan peninjauan diketahui retakan tersebut berbentuk tapal kuda dan berlapis-lapis. Keretakan seperti itu, kata Joko, berpotensi tinggi memicu tanah longsor. Apalagi, struktur kemiringan tanah di dusun tersebut sekitar 25 derajat. Diperkirakan, gejala-gejala tersebut sudah muncul sejak 10 tahun yang lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com