Hal itu dirasakan oleh pemilik warung makan Bu Bagiyo, Sri Rumiyati, Jumat (3/1/2014). Menurut Rumiyati, tingginya harga elpiji ini sangat merugikan pedagang. Apalagi, kenaikannya mencapai Rp 50.000.
Rumiyati mengaku, setiap hari, ia biasa menghabiskan 3 hingga 4 tabung untuk memasak makanan di warungnya yang berlokasi di Jalan Laut, Kendal ini.
“Biasanya naik sekitar 8 ribu rupiah. Tapi kini mencapai 50 ribu rupiah,” kata Rumiyati.
Dia berharap, harga elpiji 12 kilogram bisa kembali normal. Kalau tidak, dirinya bisa bangkrut. Apalagi, ia sudah tidak mungkin beralih ke elpiji 3 kg. Sebab sesuai aturan, Rumiyati diwajibkan menggunakan gas elpiji ukuran 12 kilogram. “Semoga pemerintah bisa menurunkan harganya kembali,” harapnya.
Naiknya harga elpiji 12 kilogram ini juga dikeluhkan oleh pemilik agen gas PT Kerja, Dewi Asih. Pemilik salah satu agen elpiji di Kendal ini mengaku, pihaknya juga dikenakan harga baru gas ukuran 12 kilogram. Padahal ia sudah order ke Pertamina akhir Desember 2013.
“Saya terkejut. Sebab saya sudah pesan akhir Desember, namun harganya masuk yang baru,” kata Dewi.
Dewi menjelaskan, harga elpiji ukuran 12 kilogram saat ini Rp 129.000. Sebelumnya, hanya Rp 78.000. Ia khawatir, kenaikan gas elpiji 12 kilogram ini akan diikuti oleh harga gas 3 kilogram. Untuk itu, pihaknya membatasi pembelian gas.
“Yang bisa membeli elpiji 3 kilogram hanya pelanggan yang terdaftar saja. Jumlahnya juga kami batasi,” ujarnya.
Dia menambahkan, agennya setiap hari mendapat kiriman gas ukuran 12 kilogram dari Pertamina sebanyak 300 tabung, untuk sekitar 25 pengecer. Sementara untuk ukuran 3 kilogram, pihaknya mendapat jatah sebanyak 4.285 tabung setiap hari untuk dibagi ke 86 pengecer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.