"Semua alat yang terpasang di Merapi berfungsi, tidak ada yang rusak. Hanya, sinyal terlalu kecil," kata Subandriyo di Yogyakarta, Rabu (20/11/2013).
Ia menjelaskan, sebagian besar alat itu dipasang di bagian bawah sehingga karena sinyalnya terlalu kecil, sementara erupsi freatik terjadi di permukaan, alat itu tidak mampu membaca anomali secara jelas.
Salah satu langkah yang diambil BPPTKG adalah memasang alat pengukur tekanan pada badan gunung. Peranti ini bisa memonitor perkembangan tekanan dengan lebih cepat ketimbang alat yang terpasang sebelumnya.
Ia menjelaskan, alat deformasi yang terpasang mengukur perubahan satu kali sehari. Sementara itu, jeda antara letusan freatik dan gempa tektonik hanya dalam hitungan menit. Dengan alat pengukur tekanan yang baru itu, perubahan akan terpantau secara lebih detail.
Sementara itu, pasca-letusan freatik pada Senin (18/11/2013), kondisi Gunung Merapi saat ini sudah kembali normal. Subandriyo mengatakan, tidak ada peningkatan aktivitas. "Masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan, letusan kemarin hanya dipicu oleh hujan dan gempa tektonik. Sifatnya di permukaan. Status Merapi masih normal," tekan dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.