Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Warga Ikuti "Tapa Bisu Lampah Mubeng Beteng" di Yogyakarta

Kompas.com - 05/11/2013, 05:21 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Ribuan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Selasa (5/11/2013) dini hari, mengikuti tradisi "Tapa Bisu Lampah Mubeng Beteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat". Tradisi ini merupakan bagian dari peringatan malam tahun baru Jawa yang bertepatan dengan malam tahun baru Hijriah.

Tradisi Mubeng Beteng dimulai sekitar pukul 00.00 WIB, mulai dari Bangsal Pancaniti, Keben Keraton Yogyakarta. Setelah melantunkan doa-doa, prosesi dilanjutkan dengan berjalan mengelilingi benteng keraton.

Prosesi arak-arakan berjalan dari Bangsal Pancaniti, melewati Jalan Rotowijayan, Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, Jalan Wahid Hasyim, Suryowijayan, Pojok Beteng Kulon, Jalan MT Haryono, Pojok Beteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, dan berakhir di Alun-alun Utara. Jarak yang ditempuh sekitar 6 kilometer.

Tradisi Tapa Bisu Lampah Mubeng Beteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan kegiatan yang dimaknai sebagai bentuk perenungan diri berupa tirakat atau lelaku. "Selama perjalanan kita sambil berdoa dalam hati, dan sekaligus melihat perjalanan hidup selama setahun lalu," terang Bismo (43), salah satu warga yang mengikuti tradisi ini.

Selama tirakat atau lelaku mengelilingi benteng, masyarakat dilarang berbicara, minum, ataupun merokok. Perjalanan berlangsung dalam keheningan total sebagai simbol keprihatinan sekaligus evaluasi terhadap segala perilaku dan perbuatan selama setahun terakhir.

"Setelah mengikuti tradisi ini, harapannya setiap individu dapat mawas diri dan meninggalkan perilaku buruk pada tahun-tahun lalu," ujar Bismo. Tradisi mubeng beteng dimulai sejak pemerintahan Kerajaan Mataram di Kotagede.

Para prajurit keraton saat itu rutin mengelilingi benteng keraton untuk menjaga keamanan dari ancaman musuh. Dalam perkembangannya, tradisi ini tak lagi dilakukan prajurit, tetapi oleh abdi dalem dan kemudian masyarakat awam pun diizinkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com