Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyu Paloh Kerap Dibantai, Penegak Hukum Diam

Kompas.com - 07/10/2013, 14:55 WIB
Kontributor Singkawang, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

SAMBAS, KOMPAS.com - Maraknya perburuan telur penyu di pesisir pantai Paloh secara tidak langsung mengancam kelangsungan populasi penyu di Indonesia. Bahkan, untuk mendapatkan telur, para pemburu tak segan membantai satwa dilindungi tersebut.

Secara geografis, wilayah pesisir pantai Paloh terletak di sebelah utara Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Pesisir pantai yang panjangnya mencapai 100 kilometer ini, 63 kilometer di antaranya merupakan habitat peneluran bagi penyu Hijau (Chelonia Mydas) dan Penyu sisik (Eretmochelys Imbricate).

Kondisi tersebut menjadikan Pantai Paloh menjadi yang terbesar kedua di Indonesia sebagai habitat peneluran penyu. Namun, belum ada penetapan zonasi sebagai kawasan konservasi oleh pemda setempat.

Koordinator Konservasi Penyu WWF Indonesia Program Kalimantan Barat, Dwi Suprapti, memaparkan, diduga pemburu tersebut tidak sabar menunggu proses peneluran yang memakan waktu hingga tiga jam.

"Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, sedikitnya ditemukan 10 penyu yang mati mengenaskan. Itu yang terdata, bisa saja jumlahnya lebih dari itu. Cangkangnya terbelah, dan membusuk dipinggir pantai, sementara telurnya raib diambil pemburu," ujar Dwi, Minggu (6/10/2013).

Bukan hanya tak sabar, lanjut Dwi, namun para pemburu tersebut sepertinya tak leluasa karena khawatir dipergoki Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) "Kambau Borneo".

Sementara itu, salah satu anggota Pokmaswas Kambau Borneo, Hermansyah mengatakan, selama ini aparat penegak hukum diam saja dan terkesan menutup mata dengan aktivitas perburuan yang terjadi.

"Padahal kami sebagai pokmaswas sangat berharap pemerintah bisa bekerja sama memberantas perburuan ini. Kalau pemerintah hanya menjanjikan siap membantu, kami tidak perlu itu, kami ingin bukti nyata. Kami ingin mereka (pemerintah) juga turun langsung membantu di lapangan," ujar pria yang akrab di sapa Pak Tam tersebut.

Pak Tam juga menuturkan, aparat penegak hukum hanya mengatakan masyarakat yang susah untuk disadarkan, terutama untuk memburu telur penyu. Mmenurut saya si aparat lah yang susah untuk sadar, karena sudah tiga periode ini aparat hanya bisa berjanji, tapi tidak pernah menjenguk ke pantai,"ungkapnya.

Pokmaswas juga menyesalkan kejadian beberapa waktu yang lalu, di mana ada salah satu anggotanya yang ditangkap polisi karena memergoki pemburu yang sedang mengambil telur penyu. "Waktu itu ada anggota yang memergoki pencuri telur penyu, kemudian terjadi adu jotos, tapi malah anggota kami yang dipenjara. Sementara si pemburu yang ternyata masih kerabat dekat aparat penegak hukum dibiarkan begitu saja,"ujar Pak Tam.

Dia berharap pemerintah maupun aparat penegak hukum bisa bekerjasama dalam memberantas perburuan telur penyu di pesisir pantai Paloh. Jangan malah aparat juga menutup mata karena tergiur harga jual telur penyu yang memang menjanjikan.

Bahkan dia menyayangkan jika ternyata ada aparat penegak hukum yang memang terlibat dalam sindikat perburuan telur penyu di Kabupaten Sambas. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com