Seperti dialami Sutinah, warga Dusun Kabeen Dejeh, Desa Bujur Barat. Ia harus menjual perhiasannya setiap masuk musim kemarau untuk membeli air bersih. Air itu dibeli dari luar desa yang tidak kekurangan air dengan diangkut tangki ukuran 500 liter.
"Kalau harga air tergantung jarak tempuh tujuan pemesan air. Semakin jauh, maka harganya semakin mahal," kata Sutinah, Jumat (13/9/2013).
Air yang dibeli bisa dimanfaatkan sampai 15 hari untuk satu keluarga. Jika selama musim kemarau, warga sampai menghabiskan 4 tangki air. Menurut Sutinah, warga sebenarnya sangat berharap adanya bantuan pasokan air dari pemerintah sehingga tidak mesti membeli.
Sementara Marsui, warga lainnya, mengaku tidak punya uang untuk membeli air seperti warga lainnya yang punya perhiasan untuk dijual. Untuk mendapatkan air, ia hanya menitipkan jeriken ke mobil tangki pengangkut air dengan sukarela. Per orang hanya diperkenankan menitipkan satu jeriken ukuran 30 liter.
"Kalau saya hanya mengharap belas kasihan para pengangkut air yang punya tangki. Untuk membeli seperti orang lain, saya harus utang ke tetangga," ungkap Marsui.
Kebetulan, sejak hari Kamis kemarin sampai hari ini, Pemerintah Kabupaten Pamekasan melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) melakukan dropping air besar-besaran. Itu disebabkan ada acara Bupati Pamekasan Achmad Syafii bersama pimpinan SKPD yang menginap di rumah warga Desa Bujur Barat. Sebelumnya, kata warga setempat, tidak pernah ada bantuan air dari pemerintah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.