Jembatan yang selama ini menjadi penghubung sejumlah desa dan ibu kota di Kabupaten tersebut, tak mampu menahan terjangan air sungai yang amat deras dan akhirnya ambruk seketika terbawa arus sungai.
Salah seorang warga setempat, Badarudin Tianotak, kepada Kompas.com melalui telepon selulernya Senin petang mengatakan, jembatan tersebut ambruk setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut beberapa hari terakhir.
Derasnya aliran sungai membuat jembatan itu ambruk seketika pada senin pagi tadi. “Jembatan ambruk tadi pagi karena tak mampu menahan derasnya air sungai yang meluap akibat hujan yang terus menerus turun,” kata Badarudin.
Akibat ambruknya jembatan itu, aktivitas warga sejumlah desa di kawasan tersebut terganggu. Warga yang hendak bepergian menuju Bula, ibu kota kabupaten SBT dengan menggunakan kendaraan, terpaksa mengurungkan niatnya karena tidak dapat melalui jalur jalan tersebut.
Warga sekitar yang hendak menuju Bula bahkan harus rela melewati area kilang minyak perusahan asing, Carles, dengan jarak tempuh yang lebih jauh.
Tidak hanya itu, Badarudin mengatakan, sejumlah anak sekolah dan warga lainnya bahkan nekat menyeberangi derasnya sungai tersebut dengan perahu untuk sampai ke seberang dengan bantuan tali.
“Tadi ada juga warga dan anak–anak sekolah yang nekat menyeberangi derasnya sungai dengan perahu, mereka berpegang dengan tali,” kata Badarudin.
Pada awal Juni lalu, sebuah jembatan megah dengan arsitektur eropa, bernama jembatan Bulivar juga ambruk di kabupaten ini, akibat hujan deras di kawasan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.