SERANG, KOMPAS.com - Kepala Kepolisian Daera (Kapolda) Banten Irjen Pol Abdul Karim mengakui perkelahian antara geng motor yang hampir setiap minggu terjadi sudah membuatnya resah.
Hal itu disampaikan Abdul Karim usai menghadiri Seminar Strategi Polda Banten untuk Mengelola Bonus Demografi dalam Rangka Pemeliharaan Kamtibmas dan Pilkada 2024 di Hotel Aston Serang. Kamis (13/6/2024)
"Sekarang ini paling banyak terjadi adalah perkelahian remaja, gang motor masih banyak di tempat kita. Hampir setiap minggu ada kejadian, kemarin di Cilegon sebelumnya di Kota Serang, Tangerang," kata Abdul Karim kepada wartawan.
"Ini persoalan bonus demografi, kalau ini tidak di kelola sama sama nanti akan menimbulkan dampak sosiasl dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Ini cukup meresahkan bagi saya," sambung Abdul Karim.
Baca juga: Bacok dan Rampok Warga, 10 Anggota Geng Motor di Binjai Ditangkap
Menurut Abdul Karim, untuk menanggulangi kenakalan remaja di wilayah hukumnya butuh kerjasama semua pihak.
Ia mencontohkan peran Pemerintah Daerah, seperti mendorong untuk memberikan dan menciptakan lapangan kerja sebesar-besarnya bagi remaja di Banten.
Sedangkan kepolisian, lanjut Abdul, melakukan program sambang Babikamtibmas dan penyuluhan kepada anak muda agar tidak terjerumus kejahatan.
Selain itu, kata Abdul, kepolusuan juga melakukan upaya pencegahan geng motor dengan meningkatkan patroli.
Namun, dengan keterbatasan personel, orangtua dan masyarakat juga diminta berperan aktif mencegah aksi-aksi kenakalan remaja seperti tawuran dan yang lainnya.
"Cuma kan kita ada kalanya patrolinya subuh kejadiannya tengah malam, ada kalanya kejadian sore. Jadi tidak menentu. Nah, tetap upaya kita patroli, tapi patroli ini kita kurang jumlah personel, sarana juga terbatas tapi tetap kita lakukan itu," tandas dia.
Baca juga: Kronologi Siswa SMP di Subang Tewas Dianiaya Geng Motor, Korban Dilempari Batu hingga Bambu
Sementara itu, Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar mengatakan, sektor pertanian menjadi peluang bagi anak muda di Banten saat ini untuk bekerja sebagai petani.
"Usia petani kita itu rata-rata sudah diatas 45 tahun, petani kita tidak ada mencita-citakan anaknya jadi petani, generasi muda jarang sekali yang mau jadi petani, maunya jadi pegawai. Sementara kerja paling luas bisa menampung semua itu di sektor pertanian," kata Al Muktabar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.