SORONG SELATAN, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sorong Selatan meresmikan empat sub-suku yang bernaung di wilayah Distrik Konda, Sorong Selatan, Papua Barat Daya, Kamis (6/6/2024).
Peresmian sub-suku tersebut tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Bupati tentang Pengakuan, Perlindungan dan Penghormatan Masyarakat Hukum Adat dan Wilayah Adat.
Baca juga: 37 Kampung di Pesisir Sorong Selatan Belum Teraliri Listrik
Sub-suku ini terdiri dari Gemna dengan wilayah adat tiga keret (Orot, Tanogo dan Segeit), Nakna, serta Yaben.
Bupati Sorong Selatan Samsudin Anggiluli yang diwakili Sekretaris Daerah (Sekda) Dance Nauw memberikan SK secara langsung kepada perwakilan masyarakat adat di distrik Konda melalui pendampingan Konservasi Indonesia (KI).
Baca juga: Polisi Tangkap 2 Pembunuh Mahasiswa di Sorong
Dance berujar, pengakuan terhadap tiga sub-suku merupakan bentuk penghormatan atas segala usaha dan kearifan lokal yang telah dijaga dan dilestarikan secara turun temurun.
“Masyarakat hukum adat memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kelestarian alam dan budaya lokal. Mereka adalah penjaga hutan, sungai, dan lingkungan yang selama ini menjadi sumber kehidupan,” kata Dance dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (6/6/2024).
Baca juga: Apa Nama Suku Bermata Biru yang Bermukim di Halmahera Timur?
Terlepas dari hal tersebut, Dance menyampaikan bahwa SK ini adalah bentuk pengakuan atas masyarakat hukum adat dalam menjaga, melindungi, dan mengelola segala kekayaan alam yang ada di wilayahnya.
Papua Program Director Konservasi Indonesia, Roberth Mandosir mengungkapkan, proses pengesahan masyarakat hutan adat Distrik Konda dimulai pada tiga tahun lalu, yakni Juni 2021.
Dalam periode waktu itu, Roberth berujar, pihaknya menjalin komunikasi bersama masyarakat adat di Distrik Konda demi mengurangi konflik agraria.
Baca juga: Mengenal Suku Awyu dan Moi, Sosok di Balik Seruan All Eyes on Papua
Proses pendampingan untuk mendapatkan hak masyarakat adat Konda atas hutan mereka dimulai dengan menggelar diskusi-diskusi.
Dia menyebut, pembahasan terjadi mulai dari balai kampung, dapur rumah tokoh masyarakat, hingga gereja.
Sementara, flm-film bertemakan konservasi pun diputar dan ditonton bersama untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam.
“Sebagai mitra pembangunan, kami menyadari peran penting masyarakat adat dalam mengelola sumber daya alam yang berkelanjutan,” kata Roberth dalam kesempatan yang sama.
“Karenanya, kami mengajak masyarakat Distrik Konda untuk bersama-sama memetakan kawasan hutan yang sudah menjadi sumber penghidupan mereka secara turun-temurun,” lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.