MAJENE, KOMPAS.com - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, menanggapi insiden keracunan massal baduta dan balita di Kecamatan Pamboang, pada Senin (6/5/2024) malam.
Kepala UPTD DPPKB Kecamatan Pamboang Kabupaten Majene, Muhammad Jupri mengatakan, BKKBN melalui pihaknya selalu melakukan program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk balita dan baduta.
Baca juga: Fakta Kasus 42 Balita di Majene Diduga Keracunan Bubur, Kronologi dan Kondisi Pasien
Namun pemberian makanan tambahan yang dilakukan di Kecamatan Pamboang kali ini menurutnya cukup apes karena berbuntut keracunan massal 42 warga yang mayoritas adalah baduta dan balita.
"Kita lagi apes karena kita sudah seringkali melakukan hal ini. Ini yang bermasalah ini badutanya jadi kita belum bisa berspekulasi dulu apa penyebabnya dan menunggu hasil laboratorium. Nanti keluar hasil lab baru kita simpulkan penyebabnya," kata Jupri saat diwawancara di Puskesmas Pamboang, Majene, Selasa (7/5/2024).
Jupri menambahkan bahwa pihak DPPKB menjadi panita pelaksana dalam peluncuran program pemberian makanan tambahan dalam mengurangi stunting. Jumlah sasaran dalam peluncuran program tersebut berjumlah 300 orang yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, serta baduta (bayi bawah dua tahun).
Makanan tambahan untuk baduta, kata Jupri, merupakan bubur yang dicampur telur, ayam, serta daun kelor. Menu ini dibuat di sekitar lokasi yang berada di kantor Kecamatan Pamboang, Majene.
"Ini lokasinya di kantor camat kebetulan di sana ada saya punya staf. Jadi kita masak di lokasi terdekat kegiatan, di samping polsek. Baduta kita hadirkan seratusan karena saya siapkan seratus bubur. Hanya sekitar 30 yang melapor ada keluhan," ujar Jupri.
Saat mengetahui ada 4 sampai 10 balita dan baduta yang muntah usai mengonsumsi bubur, Jupri langsung berinisiatif menyuruh tim penyuluh BKKBN untuk menjemput anak-anak lainnya. Hal ini untuk mengantisipasi sesuatu yang buruk terjadi.
"Tolong yang tadi ikut kegiatan PMT ini dihadirkan semua, diimbau ke sini biar tidak ada gangguan karena kenapa langkah untuk antisipasi," kata Jupri saat menirukan perintahnya pada timnya.
Jupri membantah bubur yang dibuat panitia untuk baduta dan balita tidak steril dan tak didampingi ahli gizi. Di BKKBN, kata Jupri, sudah melibatkan tim pendamping keluarga (TPK) saat melaksanakan kegiatan.
TPK ini kata Jupri terdiri dari bidan, tim PKK dan kader keluarga berencana. Tim inilah yang juga terlibat dalam pemberian makanan tambahan untuk anak.
Baca juga: Kondisi Membaik, 36 Balita di Majene yang Keracunan Bubur Dipulangkan dari Puskesmas
"Bukan tidak dilibatkan (ahli gizi) karena di BKKBN itu kan ada TPK, tim pendamping keluarga, ada 3 unsur di situ ada bidannya, ada PKK, ada kader KB," tandas Jupri.
Sebelumnya diberitakan Sebanyak 42 balita hingga orang dewasa dilarikan ke puskesmas Pamboang, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar) lantaran diduga keracunan usai mengonsumsi bubur.
Kepala UPTD Puskesmas Pamboang Taslim Mannan, mengatakan, puluhan pasien tersebut mulai berdatangan dan dirawat di puskesmas pada Senin (6/5/2024) pukul 14.30 Wita hingga malam hari.
"Iya, sekarang sudah ada 42 yang masuk terdiri dari baduta, balita, dan dewasa," ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin malam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.