Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Tren Kecelakaan Bus Saat Mudik dan Cerita Pengemudi Bus di Perjalanan

Kompas.com - 14/04/2024, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Setidaknya telah terjadi tiga kecelakaan yang melibatkan bus pada musim mudik Lebaran, April 2024. Korban meninggal akibat kasus-kasus ini telah mencapai 21 orang dan satu sopir bus ditetapkan menjadi tersangka pada Jumat (12/04).

Tidak sedikit warganet yang menuding para sopir bus mengemudi ugal-ugalan “seperti sedang mengejar setoran”. Namun beberapa sopir yang berbicara kepada BBC News Indonesia membantah stigma yang melekat kepada mereka itu.

Mayoritas penyebab kecelakaan yang melibatkan bus dipicu kelelahan sopir dan kegagalan sistem rem, menurut data Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan.

Walau pemerintah telah memahami penyebab kecelakaan bus yang terus berulang, pakar transportasi menilai pengawasan terhadap operator bus nyaris tidak pernah dilakukan.

Baca juga: Sebelum Kecelakaan Maut, Sopir Bus Rosalia Indah Sempat Berhenti di Pekalongan untuk Hilangkan Kantuk

"Kerja enam hari dalam seminggu"

Ivan Rivandi (37 tahun), seorang pengemudi bus asal Situbondo, Jawa Timur, tidak bertambah sibuk meski musim mudik Lebaran 2024 tengah berlangsung. Sopir yang bekerja untuk perusahaan bus Akas IV itu berkata, beban kerjanya tidak berubah walau jumlah orang yang berpergian jauh meningkat.

“Saya bekerja sesuai trayek, jadi satu hari satu rute,” ujar Ivan.

Walau jam kerjanya tak bertambah, selama satu pekan terakhir Ivan telah mengemudi enam kali. Hanya pada malam takbiran Ivan tak bekerja. Alasannya, busnya mengalami persoalan teknis.

Bagi Ivan, bekerja enam hari dalam satu pekan pada musim mudik kali ini tidak seberat era sebelumnya. Jadwal kerja berkurang sejak pandemi Covid-19.

Baca juga: Sopir Bus AKAP Kedapatan Positif Narkoba, Organda Jatim: Tak Akan Dibela Perusahaan

Ivan Rivandi, sopir bus asal Situbondo, mengaku telah mengemudi dalam enam hari selama satu pekan terakhir.MUSTOFA EL ABDY/BBC Indonesia Ivan Rivandi, sopir bus asal Situbondo, mengaku telah mengemudi dalam enam hari selama satu pekan terakhir.
Di perusahaannya, Ivan mendapat jatah mengemudikan bus untuk rute Sumenep-Bondowoso-Sumenep.

Setelah tiba di Bondowoso, Ivan berkata mendapatkan jatah istirahat hampir satu hari—sebelum kembali mengemudikan bus ke arah Sumenep.

Jatah istirahatnya itu berbanding terbalik saat dia tiba di Sumenep. Di sana ia bisa beristirahat maksimal empat jam, sebelum kembali berkendara ke Bondowoso.

“Saya harus beristirahat dan minum vitamin supaya segar saat bawa bus,” kata Ivan.

Ivan berkata, dia terikat pada target waktu tempuh. Artinya, ada ketentuan yang mengharuskannya tiba pada jam tertentu, baik di Sumenep dan Bondowoso. Aturan inilah yang menurut Ivan mendorong sopir bus untuk ngebut.

“Mungkin waktu tempuhnya tidak nutup, antara terminal A dan B. Jadi sopir mengejar target waktu yang ditentukan untuk sampai di terminal B,” tuturnya. Jaga jarak dengan kendaraan di depannya, kata Ivan, adalah caranya menekan risiko kecelakaan saat harus mengejar target waktu tersebut.

Baca juga: Kecelakaan Maut di Tol Batang, KNKT: Pola Penugasan Sopir Bus Rosalia Indah Berisiko Sebabkan Kelelahan

Namun aturan tentang waktu mengemudi ini tidak mempengaruhi upah yang dia terima dari perusahaan. Ivan berkata, gajinya ditentukan oleh seberapa banyak penumpang yang dia antar pada satu rute perjalanan.

”Gaji saya sistemnya persentase. Kalau bus terisi penuh, pendapatan saya lebih besar,” ujarnya.

“Jadi pendapat saya tidak tentu. Pada musim mudik ini ada juga teman saya yang tidak kebagian penumpang,” kata Ivan.

Doni Hanindito (46 tahun), sopir bus asal Malang, mengutarakan hal yang hampir serupa dengan Ivan. Dia membuat klaim, jam kerjanya tak bertambah pada musim mudik ini. Namun perusahaan memintanya tiba lebih awal di terminal tujuan karena truk pengangkut barang dilarang melintas di sejumlah ruas jalan selama arus mudik.

Walau diminta mengemudi lebih cepat, sopir di PO Gunung Harta ini berkata memiliki jam istirahat yang panjang. Hal itu dimungkinkan karena dia mengemudi secara bergantian dengan rekannya. Sistem dua sopir dalam satu trayek seperti ini dianjurkan oleh Kepala Korlantas Polri, Irjen Aan Suhanan, untuk menekan potensi kecelakaan.

Baca juga: Sopir Bus AKAP Tujuan Lampung Positif Narkoba, Diamankan di Tulungagung

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyalakan 'Flare' Saat Nobar Timnas, 5 Pemuda Diamankan Polisi di Lampung

Menyalakan "Flare" Saat Nobar Timnas, 5 Pemuda Diamankan Polisi di Lampung

Regional
Sosok Rosmini Pengemis Marah-marah, Diduga ODGJ dan Dibawa Pulang Keluarganya

Sosok Rosmini Pengemis Marah-marah, Diduga ODGJ dan Dibawa Pulang Keluarganya

Regional
Komplotan Penjual Akun WhatsApp Judi Online Ditangkap, Omzet Rp 5 Juta per Hari

Komplotan Penjual Akun WhatsApp Judi Online Ditangkap, Omzet Rp 5 Juta per Hari

Regional
Bukan Demo di Jalan Raya, SPSI Babel Kerahkan Ribuan Buruh ke Pantai Wisata

Bukan Demo di Jalan Raya, SPSI Babel Kerahkan Ribuan Buruh ke Pantai Wisata

Regional
Belum ada Calon Lain, PKB Semarang Dukung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng

Belum ada Calon Lain, PKB Semarang Dukung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng

Regional
Seorang Penumpang Kapal KMP Lawit Terjun ke Laut, Pencarian Masih Dilakukan

Seorang Penumpang Kapal KMP Lawit Terjun ke Laut, Pencarian Masih Dilakukan

Regional
Mabuk Saat Mengamen, 2 Anak Jalanan di Lampung Rampok Pengguna Jalan

Mabuk Saat Mengamen, 2 Anak Jalanan di Lampung Rampok Pengguna Jalan

Regional
'May Day', Buruh di Jateng Akan Demo Besar di Semarang

"May Day", Buruh di Jateng Akan Demo Besar di Semarang

Regional
Nobar Timnas Bareng Sandiaga di Solo, Gibran: Tak Bicara Politik

Nobar Timnas Bareng Sandiaga di Solo, Gibran: Tak Bicara Politik

Regional
Satgas Cartenz Duga KKB Penyerang Rumah Polisi dan Polsek Homeyo Kelompok Keni Tipagau

Satgas Cartenz Duga KKB Penyerang Rumah Polisi dan Polsek Homeyo Kelompok Keni Tipagau

Regional
Status Kepegawaian Belum Jelas, PPDI Kebumen Curhat ke Bupati

Status Kepegawaian Belum Jelas, PPDI Kebumen Curhat ke Bupati

Regional
Kesal 'Di-prank', Seorang Pemuda Aniaya Kakeknya

Kesal "Di-prank", Seorang Pemuda Aniaya Kakeknya

Regional
Nelayan di Merauke Papua Temukan Mayat dengan Kepala Sudah Terpisah

Nelayan di Merauke Papua Temukan Mayat dengan Kepala Sudah Terpisah

Regional
Gibran Tanggapi soal DPRD Singgung Pembangunan Masjid Sriwedari Belum Selesai dalam Rapat Paripurna

Gibran Tanggapi soal DPRD Singgung Pembangunan Masjid Sriwedari Belum Selesai dalam Rapat Paripurna

Regional
Tak Nafkahi Anak Setelah Bercerai, Pria di Aceh Timur Ditangkap Polisi

Tak Nafkahi Anak Setelah Bercerai, Pria di Aceh Timur Ditangkap Polisi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com