KOMPAS.com - Melfiana Olin, ibu rumah tangga asal Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), harus pulang ke rumahnya dengan setumpuk kekecewaan.
Keinginannya membeli beras dengan harga murah yang digelar Dinas Ketahanan Pangan Kota Kupang di alun-alun Kota Kupang, Rabu (6/3/2024), harus pupus. Sebab, ia tak memiliki aplikasi mobile banking.
Satu syarat yang harus dipenuhi Melfiana dan warga lainnya untuk membeli beras murah yakni menggunakan aplikasi mobile banking.
Baca juga: Viral, Video Kadis Perindag Baubau Teriaki Warga yang Antre Beras Murah dengan Sebutan Pencuri
Padahal, Melfiana yang setia menggendong anaknya sudah antre sejak pukul 07.00 Wita dan baru dilayani sekitar pukul 12.00 Wita.
Namun, bukannya mendapatkan beras, Melfiana malah disuruh menginstal aplikasi keuangan itu.
Dia antre bersama ratusan warga lainnya meski panas terik membakar ubun-ubunnya.
"Jangankan aplikasi mobile banking, HP saja saya tidak punya. Saya juga bingung itu apa," ungkap Melfiana dengan mimik sedih.
Selain Melfiana, banyak warga lainnya juga tak mendapatkan beras tersebut.
Melfiana pun berharap pembelian beras murah itu syaratnya tidak menggunakan mobile banking sehingga dia dan warga lainnya pun bisa membeli.
Baca juga: Kala Emak-emak Telepon Gengnya Antre Beli Beras Murah
Menurutnya, tidak semua warga khususnya ekonomi menengah ke bawah memiliki mobile banking.
Warga lainnya, Yuke Alhans, mengaku bersyukur bisa mendapatkan beras murah tersebut.
Beras yang dijual di lokasi itu, lanjut dia, harganya untuk lima kilogram yakni Rp 60.000 ditambah 1 liter minyak goreng.
Yuke terpaksa antre dan berdesakan dengan warga lainnya untuk membeli beras murah itu. Sebab, jika membeli di pasar sangat mahal.
"Kalau di pasar itu mahal sekali. Di sini hanya 60 ribu saja. Saya bawa pulang beras 5 kilogram dan minyak goreng 1 liter," kata dia.
Yuke berharap, pemerintah bisa segera menurunkan harga beras, agar bisa dijangkau warga ekonomi lemah seperti dirinya.