Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Pernikahan Dini Tertinggi di Kaltara, Kabupaten Nunukan Belum Jadi Kota Layak Anak

Kompas.com - 22/11/2023, 14:35 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com–Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A) Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, menyatakan bahwa Nunukan sebagai wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, belum masuk kategori Kota Layak Anak (KLA).

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) pada DSP3A Nunukan, Endah Kurniawatie mengatakan, masih banyak persoalan terkait hak perempuan dan kasus anak yang butuh penyelesaian.

"Kabupaten Nunukan pada 2022, tercatat sebagai Kabupaten dengan angka pernikahan dini tertinggi di Kaltara. Ini tentu butuh perhatian serius ketika kita hendak menjadikan Nunukan masuk KLA,’’ujarnya, Rabu (22/11/2023).

Baca juga: Jembrana Raih Penghargaan Daerah Peduli Penanganan Stunting dan Layak Anak, Bupati Tamba: Sinergi Kami Semakin Kuat

Tahun 2022, DSP3A Nunukan mencatat kasus pernikahan dini sebanyak 24 kasus. Dia menduga belum semua kasus pernikahan dini yang terdata di DSP3A Nunukan. 

Dia mengatakan pernikahan dini dilakukan siri sehingga tidak ada rekomendasi Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan Pengadilan Agama.

Selain itu Kabupaten Nunukan belum memiliki ruang bebas terbuka yang ramah anak. Padahal, DSP3A sudah pernah merekomendasikan alun-alun kota untuk dijadikan sebagai areal lingkungan ramah anak.

Namun, rekomendasi tersebut terbentur dengan status lahan yang masih dimiliki PT Inhutani. Sehingga banyak regulasi menuju KLA yang butuh dibicarakan dengan pemilik lahan.

‘’Karena lahannya bukan milik pemerintah, kita tidak bisa membatasi dengan aturan yang sekiranya ramah anak. Apalagi di alun-alun kota itu tempatnya kan terlalu bebas. Orang dewasa berkumpul, merokok, dan ada juga yang berpacaran. Potensi transaksi prostitusi anak juga tinggi,’’jelas Endah.

Selain itu, kasus perceraian juga menyisakan banyak permasalahan hak asuh anak. Hal ini juga masih butuh sosialisasi intens.

Mayoritas orang tua yang bercerai lebih fokus pada tuntutan harta gono gini dibanding persoalan anak. Selain itu wanita yang bercerai jarang menuntut tanggung jawab mantan suami untuk menafkahi anak.

Padahal, lanjut Endah, seharusnya begitu palu sidang perceraian diketuk hakim, si anak sudah ada kejelasan berapa besar nafkah diterima dari ayahnya setiap bulannya.

‘’Saya pernah ikut sidang perceraian yang membahas kasus culik menculik anak. Ini memprihatinkan dan memang butuh pemahaman bagi para keluarga yang mengalami perceraian,’’sesalnya. 

Di saat yang sama, DSP3A Nunukan tidak memiliki tenaga psikolog. Padahal kasus kasus eksploitasi anak dan masalah hak perempuan cukup banyak terjadi.

Meski ada sarjana psikologi tentu berbeda dengan psikolog ketika menghadapi kasus anak berhadapan dengan hukum.

Baca juga: Joki Cilik di Bima Tewas di Arena Balap, Pengamat: Cabut Status Layak Anak

Apalagi rekomendasi psikolog DSP3A Nunukan sebatas internal dan tidak bisa menjadi dasar pertimbangan hakim. Beruntung, ada tenaga pekerja sosial yang sedikit banyak menghandle persoalan dimaksud.

‘’Dengan segala persoalan tersebut, DSP3A mengajak aktivis, LSM, wartawan dan dunia usaha untuk bersinergi menjadikan Nunukan sebagai KLA. Mari kita selesaikan bersama masalahnya satu per satu. Dan kita yakin kebersamaan ini akan mampu mencapai KLA seperti yang kita harapkan. Demi anak-anak kita, demi generasi bangsa yang lebih baik,’’kata Endah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Regional
Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Regional
Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Regional
Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Regional
Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Regional
Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com