JAYAPURA, KOMPAS.com - Isak, pekerja bangunan Puskesmas Pintu Air di Kabupaten Puncak Papua Tengah menceritakan detik-detik menegangkan saat dirinya lolos dari kepungan Kelompok Kriminal Bersenjata pada Kamis (19/10/2023).
Dalam serangan tersebut, rekan Isak yang bernama Oto meninggal dunia di lokasi kejadian. Sedangkan dua kawannya yang lain mengalami luka akibat anak panah dan parang.
Baca juga: KKB Serang Pekerja Pembangunan Puskesmas di Puncak, 1 Tewas dan 2 Terluka
Menurutnya, KKB datang saat 22 orang pekerja pembangunan Puskesmas Pintu Air sedang berkumpul sembari meminum kopi, Kamis (19/20/2023).
Isak melihat dari kejauhan ada sekelompok orang berjalan menuju ke lokasi para pekerja.
"Kita sudah lihat dari arah barat, sudah gerombolan datang. Pas kita sudah lihat, kita semua kumpul di pondok ditutup terpal, kami kira mau datang minum kopi juga atau bagaimana kah," ujar Isak, Jumat (20/10/2023).
Baca juga: KKB yang Tewaskan 7 Penambang di Yahukimo adalah Anak Buah Egianus
Namun saat diamati lebih detail, mereka ternyata membawa senjata api dan benda tajam. Barulah para pekerja itu sadar bahwa yang mendatangi mereka adalah KKB.
Saat tiba di lokasi pembangunan, KKB yang berjumlah sekitar 10 orang itu langsung mengelilingi para pekerja sembari menodongkan senjata.
Menurut Isak, KKB sempat meminta penduduk setempat yang ada bersama para pekerja untuk keluar dari tenda sebelum insiden penyerangan.
"Kita baru lihat, mukanya hitam semua. Mereka tidak bicara, cuma masyarakat saja yang ada di tempat kami yang disuruh keluar," kata dia.
Baca juga: Satgas Operasi Damai Cartenz Evakuasi 9 Orang yang Melarikan Diri Saat KKB Serang Yahukimo
Isak menyebutkan, salah satu anggota KKB berusaha menembak para pekerja menggunakan pistol. Pada percobaan pertama, senjata itu gagal meletus.
"Pas (KKB) sudah datang, ternyata kita sudah dikelilingi, sudah siap memanah baru tembak lagi. Teman satu tidak kena tembak karena senjata tidak bisa bunyi, ditembak ke arah langit (atas) baru bunyi, kami semua berhamburan," tuturnya.
Isak pun kemudian berlari sekuat tenaganya.
Setelah itu, ia mengaku tidak tahu lagi kondisi di lokasi kejadian dan bagaimana nasib para temannya karena dia terus berlari hingga sampai di Pos Kotis.
"Saya lari saja sekuat tenaga, dikejar tapi tidak bisa dapat. Saya tidak tahu juga bagaimana korban meninggal karena saya cuma lari tidak pernah nengok ke belakang," kata Isak.
Sementara pekerja lainnya bernama Marthen mengaku dirinya sangat panik saat KKB mulai melepaskan tembakan.