LEMBATA, KOMPAS.com - Aktivitas vulkanik gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), mulai mengalami penurunan selama sepekan terakhir.
Pada periode pengamatan Minggu (15/10/2023), Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok melaporkan terjadi lima kali letusan dengan tinggi 100-300 meter dan warna asap putih kelabu.
Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi 50-200 meter di atas puncak kawah.
Baca juga: Gunung Ile Lewotolok NTT Meletus 1.073 Kali Selama Dua Pekan
Pada periode Senin (16/10/2023) teramati lima kali letusan dengan tinggi 100-200 meter dan warna asap putih dan kelabu.
Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi 50-300 meter di atas puncak kawah.
Baca juga: Gunung Ile Lewotolok Meletus 120 Kali dalam Sehari
Lalu, teramati 204 kali gempa embusan, vulkanik dalam enam kali, dan dua kali tektonik jauh.
Sementara pada periode Selasa (17/10/2023), gunung Ile Lewotolok mengalami sedikit peningkatan jumlah letusan, yakni 13 kali erupsi dengan tinggi 100-400 meter dan warna asap putih dan kelabu.
Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi 20-200 meter di atas puncak kawah.
Teramati satu kali guguran, 195 kali embusan, empat kali tremor non-harmonik, tujuh kali vulkanik dalam, dan empat kali tektonik jauh.
Meski mengalami penurunan, namun warga diminta tetap waspada.
Kepala Pos PGA Ile Lewotolok Stanislaus Ara Kian mengatakan, saat ini status gunung setinggi 1.423 meter dari permukaan laut (mdpl) itu masih level II waspada.
Warga, pengunjung, dan wisatawan diminta tidak memasuki dan melakukan aktivitas di dalam radius dua kilometer dari pusat aktivitas gunung Ile Lewotolok.
"Masyarakat Desa Lamawolo, Lamatokan, dan Jontona agar selalu mewaspadai ancaman bahaya dari guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak," ujar Stanislaus dalam keterangannya, Rabu (18/10/2023).
Selain itu, untuk menghindari gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan Iainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik, masyarakat yang berada di sekitar Ile Lewotolok diminta menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Ile Lewotolok juga diharapkan agar selalu mewaspadai ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi, terutama di saat musim hujan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.