Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karimunjawa Tercemar Limbah dan Terancam Tenggelam, Ini Perjuangan Warga Perangi Aktivitas Tambak Udang

Kompas.com - 27/09/2023, 11:30 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Khairina

Tim Redaksi

JEPARA, KOMPAS.com- Beberapa tahun terakhir, kondisi kerusakan Pulau Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah semakin parah karena diduga tercemar limbah dari aktivitas tambak udang intensif.

Proyek tambak udang vaname yang mulai masuk Karimunjawa sejak 2016 itu turut memecah warga menjadi dua kubu, yakni kubu pro tambak dan kontra.

Pasalnya jumlah tambak udang yang semula hanya satu, terus berlipat setiap tahunnya. Kini terdapat 33 titik tambak udang yang terdiri 238 petak kolam dengan luasan sekitar 42 hektare di Pulau Karimunjawa.

 

Awal mula tambak udang dan kerusakan yang ditimbulkan

Tambak yang dahulu sekitar tahun 1980 menerapkan budidaya sistem tradisional pun kini telah beralih dengan tambak intensif atau semi intensif yang cenderung lebih berisiko pada lingkungan.

Warga penolak tambak, Bambang Zakariya mengatakan setelah tahun 1980 tambak udang tradisional gagal. Akhirnya pada 1990-an warga mulai meninggalkan tambak. Ekosistem di Karimunjawa pun berangsur membaik.

“Lalu tumbuh bakau menghijau, sumur mulai bagus, karena mangrove kan jadi filter biar air laut tidak ke barat. Sekarang ada tambak udang intensif banyak sumur terkomtaminasi dan asin, lalu perkakas rumah karatan. Dampaknya banyak sekali secara sosial ekonomi,” ungkap Bambang.

Baca juga: Pakar Undip Sebut Karimunjawa Bakal Tenggelam jika Tambak Udang Dibiarkan

Beban lingkungan kian berat karena harus menanggung dampak tambak. Kini terumbu karang hancur, hutan bakau kering kerontang, rumput laut dan biota lainnya mati. Air laut di area tambak keruh berlumpur dengan bau tak sedap.

Pakar Akuakultur Universitas Diponegoro (Undip) Sri Rejeki yang sudah puluhan tahun mengamati Karimunjawa memperkirakan tak ada limbah seperti yang terjadi di Pantai Bobby sebelum adanya tambak udang. 

"Jadi beban lingkungannya udah terlalu berat. Ada istilah carrying capacity atau daya dukung suatu perairan. Kalau daya dukung si laut yang berdekatan dengan tempat budidaya udang telah terlampauai, ada daya lenting kemampuan perairan untuk pulih seperti sedia kala bakal susah," ungkap Sri.

 

Ancaman krisis air bersih

Kemudian sumur milik warga pun menjadi asin tercampur air laut. Warga terancam mengalami krisis air bersih karena banyaknya kebutuhan air tanah yang dipakai untuk tambak udang sistem intensif.

Warga pelaku wisata sekaligus aktivis LSM Alam Karimun (AKAR), Datang Adbul Rachim menyebut tambak di Karimunjawa terbukti mengancam kehidupan.

“Karena ini daerah resapan, ada sumber mata air, pertanian, sumur dan tempat pengikat air tawar. Kalau ini dijadikan tambak pasti jadi ancaman dan terjadi intrusi air laut atau limbah tambak atau sebaliknya. Nah kekhawatiran kita sudah terjadi air sumur asin, tanaman mati,” kata Datang, Rabu (27/9/2023).

 

Kehawatiran nelayan dan warga pelaku wisata

Di samping kerusakan alam, kondisi ini juga mengancam perekonomian nelayan dan warga pelaku wisata yang menggantungkan hidup pada laut. Sejumlah wisatawan telah memprotes lumut liar yang menyebabkan gatal-gatal.

Kerusakan akibat tambak udang terjadi lantaran para petambak tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memadai. Walhasil limbah tambak langsung dibuang ke laut tanpa diolah dengan layak.

Dalam penelusuran langsung Kompas.com melalui jalur air menaiki kayak, ditemukan sejumlah kawasan mangrove yang rusak akibat sedimen limbah tambak. Jaringan pipa ratusan meter milik tambak merusak terumbu karang.

Baca juga: Warga Karimunjawa Khawatir Keberadaan Tambak Udang Picu Krisis Air Bersih

Saat mengikuti bentang spanduk penolakan tambak di Pantai Hadirin dan Legon Nipah, terlihat sepanjang permukaan pasir putih pantai tertutup lumut liar yang diduga timbul akibat limbah yang dibuang sembarangan di sana.

“Jika industri ini tidak dihentikan, maka limbah ini lambat laun akan merusak keindahan bawah laut dan menghancurkan pariwisata di Karimunjawa,” Dinar Bayu, Koordinator Komunitas dari Greenpeace Indonesia.

 

Eksploitasi air tanah picu Karimunjawa tenggelam

Lebih lanjut, Sri Rejeki menyebut penggunaan air tanah berlebihan itu dapat memicu land subsidence atau penurunan muka tanah.

“Pengambilan air tanah banyak untuk udang intensif untuk menurunkan salinitas (kadar garam) air laut dan untuk bebersih, itu nanti bisa terjadi land subsidence, tanahnya turun ambles,” tutur Sri, Minggu (24/9/2023).

Karena itu, peneliti yang fokus di bidang Budidaya Berkelanjutan itu memprediksi lambat laun Karimunjawa bakal tenggelam.

Dia mencontohkan Desa Timbulsloko di Kabupaten Demak yang telah tenggelam oleh banjir rob.

“Masyarakat kebanjiran terus karena tanah turun, dan tidak ada proteksi pantai. Derita tak kunjung padam. Salah satu contohnya di sini Timbulsloko,” lanjutnya.

Sri sepakat dengan warga. Dia menegaskan semestinya tambak tidak diizinkan. Pasalnya, Karimunjawa merupakan daerah konservasi terumbu karang. Bahkan ditetapkan sebagai Taman Nasional Karimunjawa.

Ia berharap dengan diundangkannya Perda RTRW yang melarang tambak udang, Pemkab Jepara segera menutup tambak untuk restorasi mangrove.

“Kalau mau duitnya harusnya ada kompensasi lingkungan. Tidak seperti ini membuang asal brrr aja. Harus ada tandon (IPAL). Salah satu treatment yang bisa ditawarkan bio filter dan tandon. Dengan catatan luas tandon sebanding dengan luasan tambak. Kalau langsung dibuang akan habis Karimunjawa,” tandasnya.

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gempa M 6,5 Guncang Garut, Terasa sampai Jakarta

Gempa M 6,5 Guncang Garut, Terasa sampai Jakarta

Regional
Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo, Gibran: Diundang Datang, Semua Teman

Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo, Gibran: Diundang Datang, Semua Teman

Regional
Kesaksian Pengelola Parkir Hotel Braga Purwokerto, Pelaku Menembak Setelah Mintai Karcis

Kesaksian Pengelola Parkir Hotel Braga Purwokerto, Pelaku Menembak Setelah Mintai Karcis

Regional
Buka Manasik Haji, Bupati Arief: Pemkab Blora Siap Dukung Jemaah dari Persiapan hingga Kepulangan

Buka Manasik Haji, Bupati Arief: Pemkab Blora Siap Dukung Jemaah dari Persiapan hingga Kepulangan

Regional
Bupati Dadang Supriatna Apresiasi Peran FKDT dan Fokus Sejahterakan Guru Mengaji

Bupati Dadang Supriatna Apresiasi Peran FKDT dan Fokus Sejahterakan Guru Mengaji

Regional
Gibran Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo

Gibran Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo

Regional
Mengenal Kain Tenun Motif Renda yang Dibeli Sandiaga Uno di Bima

Mengenal Kain Tenun Motif Renda yang Dibeli Sandiaga Uno di Bima

Regional
Asyik Judi Online, Oknum PNS di Aceh Timur Ditangkap Polisi

Asyik Judi Online, Oknum PNS di Aceh Timur Ditangkap Polisi

Regional
Maksimalkan Potensi Blora, Bupati Arief Minta Masukkan dari Kemenko Perekonomian dan Guru Besar Unnes

Maksimalkan Potensi Blora, Bupati Arief Minta Masukkan dari Kemenko Perekonomian dan Guru Besar Unnes

Regional
5 Tradisi Pacuan Tradisional di Indonesia, Tidak Hanya Karapan Sapi

5 Tradisi Pacuan Tradisional di Indonesia, Tidak Hanya Karapan Sapi

Regional
Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto yang Tewas Ditembak Baru Bekerja Seminggu

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto yang Tewas Ditembak Baru Bekerja Seminggu

Regional
Gempa M 5,2 Guncang Maluku, BPBD: Tak Ada Kerusakan

Gempa M 5,2 Guncang Maluku, BPBD: Tak Ada Kerusakan

Regional
Bandara Supadio Hanya Layani Penerbangan Domestik, Warga Pontianak Merasa Dirugikan

Bandara Supadio Hanya Layani Penerbangan Domestik, Warga Pontianak Merasa Dirugikan

Regional
Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami

Regional
Deputi 1 KSP Febry Calvin Tetelepta Daftar Jadi Cagub Maluku dari PDI-P

Deputi 1 KSP Febry Calvin Tetelepta Daftar Jadi Cagub Maluku dari PDI-P

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com