SEMARANG, KOMPAS.com - Pakar Akuakultur Universitas Diponegoro (Undip), Sri Rejeki menyebut Pulau Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah bakal tenggelam bila tambak udang terus dibiarkan.
Pasalnya kebanyakan di Karimunjawa sistem budidaya tambak intensif. Sehingga membutuhkan banyak air tanah sebagai campuran air laut untuk menurunkan kadar garam.
“Dampaknya kalau pengambilan air tanah banyak untuk udang intensif, untuk menurunkan salinitas air laut dan untuk bebersih. Itu nanti bisa terjadi land subsidence, tanahnya turun ambles,” tutur Sri, Minggu (24/9/2023).
Peneliti yang fokus di bidang Budidaya Berkelanjutan itu mencontohkan Desa Timbulsloko di Kabupaten Demak yang telah tenggelam oleh banjir rob.
“Masyarakat kebanjiran terus karena tanah turun, dan tidak ada proteksi pantai. Derita tak kunjung padam. Salah satu contohnya di sini Timbulsloko,” lanjutnya.
Selain itu, pengambilan air tanah untuk keperluan tambak intensif itu juga menyebabkan masuknya air laut ke daratan.
“Ini bisa konflik dengan masyarakat, karena air tanah pasti dalam. Maka kemungkinan sumur-sumur masyarakat bisa kering. Itu dari segi pengambilan air,” jelas Sri.
Dari pantauan Kompas.com, di sebuah sumur yang terletak tak jauh dari pesisir Pantai di karimunjawa sudah terkontaminasi rasa asin.
Tak sampai di situ, limbah dari tambak udang intensif yang kebanyakan belum dikelola dengan baik juga turut mengancam biota laut Karimunjawa.
Pakar Akuakultur Universitas Diponegoro (Undip), Sri Rejeki menyebut, buangan limbah tambak ini akan menutupi permukaan air laut.
Lalu terumbu karang lambat laun akan mati dan ekosistem rusak secara perlahan. Apalagi, pertumbuhan karang sangat lambat.
Selain terumbu karang, keberadaan limbah juga dinilai menghambat pertumbuhan rumput laut, kerang, dan biota laut lainnya.
“Sekarang sudah kelihatan dampaknya dari warna air, bau, ombaknya kelihatan hitam pekat seperti comberan. Dan itu tentu saja masyarakat protes,” imbuhnya.
Pihaknya menawarkan solusi pengolahan limbah yang baik secara biologis dan hasilnya bisa dipanen yakni dengan sistem integrated multitrofic aquaculture.
“Jadi limbah masuk ke petak sedimentasi, masuk petak biofilter, di sini ditanam rumput laut jenis grasilaria dengan ikan bandeng atau nila dan jenis kerang,” ujarnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.