KENDARI, KOMPAS.com– Viral video yang memperlihatkan sebagian dinding bangunan Bendungan Ameroro di Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ambruk.
Terdapat dua video yang menunjukkan bagian Bendungan Ameroro ambrol, yakni video pertama berdurasi 29 detik dan video kedua 19 detik.
Baca juga: Kekeringan, Warga Tegalwaru Karawang Tagih Pembangunan Bendungan
Menanggapi video tersebut, PPK Bendungan I SNVT Pembangunan Bendungan BWS Sulawesi IV Kendari, Iping Mariandana memberikan klarifikasinya.
Ia mengatakan bahwa video yang beredar dan menjadi berita di beberapa media online tentang ambruknya Bendungan Ameroro itu tidak benar.
Iping menjelaskan bahwa yang terjadi ada longsor di bendungan pada Selasa (12/9/2023) pukul 15.46 Wita, bukan pada Rabu (13/9/2023).
Posisi longsor terjadi pada bagian tebing sisi luar sebelah kiri dari spillway, jauh dari tubuh bendungan.
Dijelaskan bahwa potensi longsor tersebut sudah teridentifikasi sebelumnya karena sudah ada terlihat retakan sehingga diputuskan segera ditangani dengan perkuatan dental concrete.
"Saat persiapan penggalian untuk perkuatan dengan dental concrete terjadi longsor tersebut, yang seyogyanya memang akan digali dan dibuang," tulis Iping dalam rilis tertulisnya, Kamis (14/9/2023).
Baca juga: Dampak El Nino, Air Baku di Bendungan Bili-bili Gowa Sulsel Menyusut Drastis
Menurut Ipin, pada gambar terlampir area longsor ditandai dengan kotak merah, dan yang ditandai dengan lingkaran kuning merupakan timbunan yang dibuat sebagai akses dan dudukan alat berat untuk melaksanakan dental concrete agar dinding dan lantai beton spillway tidak rusak.
"Oknum yang mengambil gambar dan video di lokasi terlihat mendramatisir dengan cara mengambil gambar atau video dari belakang tumpukan tanah yang sengaja dibuat untuk akses dan dudukan alat berat seolah – olah tanah tersebut merupakan material longsoran," lanjutnya.
PT Hutama Karya (HK), perusahaan yang bertanggung jawab atas proyek tersebut, menyampaikan penjelasan terkait insiden itu.
Seorang Geologi Engineer dari KSO HK-Adhi, Waldo Putra Agung, mengungkapkan insiden longsoran itu terjadi pada sebagian dinding bendungan tersebut.
Waldo menjelaskan bahwa area yang mengalami longsor adalah bagian yang sedang digali untuk konstruksi dinding saluran peluncur spillway.
Ia menerangkan situasi geologis di sekitar tebing kiri spillway memiliki beberapa kekurangan, khususnya dalam hal arah foliasi yang sejajar dengan zona penggalian.
"Kemiringan foliasi mencapai sekitar 30 derajat, yang lebih landai dibandingkan dengan zona penggalian, sehingga ada potensi longsor. Karena itu, potensi runtuhan atau longsoran pada kondisi ini memang mungkin terjadi," ungkap Waldo dalam keterangan tertulisnya.