FLORES TIMUR, KOMPAS.com - Desa Hewa di Wulanggitang, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, punya makanan khas yang diwariskan secara turun temurun. Namanya Pelang. Terbuat dari padi.
Desa Hewa berada di selatan Flores Timur. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani.
Warga yang menetap di desa ini juga masih punya kemiripan secara kultural dengan suku Tana Ai yang mendiami wilayah Timur Kabupaten Sikka.
Meski begitu, Hewa dan Tana Ai punya karakter yang berbeda. Mereka juga punya beragam olahan pangan lokal yang sudah diwariskan secara turun temurun. Bahkan olahan pangan lokal ini menjadi makanan pengganti nasi.
Baca juga: 10 Wilayah di NTT Ini Alami Kekeringan Ekstrem Panjang, Tak Hujan Lebih dari 61 Hari
Rosa Widin (56), warga setempat, menuturkan, sejak dulu warga mengandalkan ubi-ubi dan beberapa pangan lokal lainnya sebagai bahan pokok. Selain untuk dikonsumsi sehari-hari, juga disajikan saat pagelaran ritual adat.
“Ini sudah menjadi tradisi dari nenek moyang, bahkan ada pangan lokal yang sampai sekarang di saat hajatan adat harus disajikan,” ucap Rosa kepada Kompas.com di Desa Hewa, Senin (17/7/2023).
Rosa mengatakan, salah satu olahan pangan lokal itu adalah Pelang.
Selanjutnya, padi digoreng menggunakan alat tradisional seperti periuk tanah. Biasanya, tahap ini dilakukan oleh perempuan yang sudah mahir.
Sebab, padi yang digoreng tidak boleh hangus karena akan mempengaruhi rasa.
Jika sudah matang, ditumbuk menggunakan lesung.
“Kami di sini biasa menyebutnya dengan nama nuhung dan alu,” ucapanya.
Baca juga: 5 Tahun Buron, Terdakwa Korupsi Pengadaan Pupuk Asal NTT Ditangkap di Timor Leste
Saat ditumbuk harus dalam kondisi panas, agar kulit padi muda terkelupas. Selanjutnya ditapis menggunakan lida (nyiru).
“Tapi harus dilakukan beberapa kali, agar hasilnya baik. Setelah selesai maka pelang siap disajikan,” ucapnya.
Petani Desa Hewa, Lasarus Sura Boruk mengungkapkan, setiap prosesi atau upacara adat Pelang wajib diisi di naha, tempat penyimpanan berukuran kecil dari daun lontar.