TEGAL, KOMPAS.com - Ribuan nelayan di Kota Tegal, Jawa Tengah, sudah mulai mudik untuk merayakan Idul Fitri 1444 H. Hingga Jumat (14/4/2023) sudah ada 800 kapal yang sudah bersandar di dua pelabuhan di Kota Tegal.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Tengah, Riswanto mengungkapkan, masih ada sekitar 200 kapal lagi, baik berukuran di atas 100 gross tonnage (GT) maupun di bawah 100 GT yang akan tiba hingga H-3 Lebaran.
"Sudah 80 persen kapal masuk hingga hari ini. Seperti hari ini masih ada yang melakukan aktivitas bongkar. 20 persen sisanya lagi akan terus datang, biasanya sampai jelang H-3 Lebaran," kata Riswanto ditemui di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari, Kota Tegal, Jumat.
Baca juga: Arus Mudik Meningkat, 4.000 Pemudik Turun di Pelabuhan Murhum Baubau
Ratusan kapal itu bersandar di PPP Tegalsari Jongor, dan Pelabuhan Pelindo Tegal. Biasanya, kapal akan kembali melaut mulai H+7 Lebaran setelah perbekalan terpenuhi.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terjadinya kebakaran kapal, pihaknya berkerja sama untuk membentuk tim keamanan terpadu bersama otoritas pelabuhan serta TNI-Polri.
"Bersama unsur maritim kita membentuk semacam tim keamanan terpadu. Untuk pengendalian dan pengawasan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan termasuk kebakaran. Jam patroli diintensifkan menjadi 24 jam dan juga disiagakan mobil damkar," pungkas Riswanto.
Lebih lanjut, Riswanto yang juga mantan Ketua HNSI Kota Tegal mengaku menerima banyak keluhan dari nelayan. Hal ini karena hasil tangkapan baik ikan maupun cumi kali ini menurun 30-50 persen.
"Dua bulan melaut jelang Lebaran seperti tahun lalu bisa dapat cumi beku 10-15 ton. Namun sekarang ini di bawah 10 ton. Hal itu juga sama untuk hasil tangkapan ikan," kata Riswanto.
Dia mengatakan dalam dua bulan terakhir ini bukan musimnya ikan melimpah. Tak hanya itu, adanya aturan baru pemerintah, yaitu kapal nelayan hanya diperbolehkan mencari ikan di satu wilayah pengelolaan perikanan (WPP) saja.
"Berbeda dengan tahun sebelumnya, boleh lebih dari satu WPP. Ketika hanya boleh di satu WPP dan ketika di situ sedang tidak musimnya ikan melimpah maka hasil tangkapan jelas berkurang drastis," ujar Riswanto.
Hasil tangkapan yang berkurang berimbas hingga bagi hasil awak kapal menjadi lebih sedikit.
"Ketika berkurang hasil tangkapan ikan tentu berimbas pada bagi hasil pendapatan," kata Riswanto.
Menurut Riswanto untungnya harga jual ikan maupun cumi sedang stabil. Tidak ada penurunan signifikan. Sehingga para nelayan masih bisa menikmati hasil kerja kerasnya melaut untuk bekal Lebaran di rumah.
"Untuk harga tidak ada perubahan. Jadi yang menurun hasil tangkapannya baik ikan maupun cumi. Untuk harga jual cumi saat ini di kisaran Rp 35 ribu per kilogram, dan ikan tongkol misalnya masih Rp 10 ribuan," ujar Riswanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.