KOMPAS.com - Tari caci di Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah warisan tradisi turun temurun dari nenek moyang masyarakat Manggarai.
Dilansir dari situs kemdikbud.go.id, Tari Caci adalah tarian yang dimainkan dua orang pria yang bertarung menggunakan pecut atau cambuk (larik).
Kedua penari tersebut juga membawa tameng atau perisai (nggiting).
Baca juga: Berkunjung ke Keraton, Presiden Jerman Ngopi dan Menikmati Tarian Lawung Ageng
Tarian ini biasanya dimainkan dalam upacara-upacara adat resmi atau syukuran, antara lain upacara perkawinan (tae kawing), syukuran membuka ladang baru dan hasil panen, pentahbisan imam hingga penyambutan tamu kehormatan.
Tarian ini juga sering dipentaskan saat peringatan HUT Kemerdekaan RI dan beberapa hari besar nasional lainnya.
Baca juga: Mengenal Suku Minahasa, dari Asal Usul hingga Tradisi
Sementara itu, kata caci terdiri dari dua suku kata yaitu ca dan ci.
Kata ca artinya adalah satu dan ci berarti uji.
Bagi masyarakat setempat, tarian Caci tidak menonjolkan unsur kekerasan, tetapi merupakan simbol persaudaraan dan kesatuan masyarakat setempat.
Selain itu, tarian ini juga bisa dimaknai sebagai ajang menempa diri agar memiliki semangat sportivitas dan mengendalikan emosi.