Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kios Buku Legendaris di Stadion Undip Semarang, Mencoba Bertahan di Era Serba Digital

Kompas.com - 12/07/2022, 21:43 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Sejumlah pedagang kios buku di kawasan Stadion Undip, Kota Semarang masih tampak eksis bertahan di era serba digital saat ini. 

Terlihat puluhan kios buku berjejer, terbuka pula pintu dan jendelanya. Meski tampak sepi pembeli, terlihat sejumlah pedagang sedang duduk santai di depan kios, sembari menikmati sepoi angin di bawah pohon yang rindang.

Terdapat lebih dari 30 kios yang masih buka dan menjualkan buku-buku di sana. Sebagian besar penjual di kawasan Stadion Undip menawarkan buku-buku bekas yang sudah menua.

Feri, salah seorang pedagang menjajakan buku sejak tahun 2005 di lokasi tersebut. Dirinya menyebutkan, kondisi kios-kios buku di kawasan tersebut telah berubah hampir 50 persen. Bukan bertambah ramai, yang ada justru malah sebaliknya.

"Ada 10 hingga 15 toko yang sudah tutup. Sekarang tinggal segini saja. Sehari paling cuma ada sekitar 5 pembeli," tutur Feri saat ditemui Kompas.com, Selasa (12/7/2022).

Baca juga: Kisah Kampung Bustaman, Sentra Penjagalan Kambing yang Kini Meredup

Kios di kawasan Stadion Undip memang dikenal sebagai tempat menjajakan buku bekas dan lawas. Tak heran, di tempat Feri berjualan pun dipenuhi buku-buku dengan lembaran berwarna kuning.

Uniknya, tidak hanya buku komik atau novel-novel jadul saja, Feri juga menyediakan berbagai buku ajar. Mulai dari mata pelajaran Sekolah Dasar (SD) hingga perkuliahan, seperti RPAL, RPUL, Pepak Bahasa Jawa, Membaca ABJAD Cepat, hingga hasil thesis di beberapa universitas.

"Kemarin musim liburan kebanyakan pada cari komik, kalau yang buku pelajaran jarang," jelas dia.

Hal senada juga diungkapkan oleh Seny, salah seorang pelapak buku di kawasan Stadion Undip yang berjualan sejak tahun 1990-an.

Menurut Seny, perkembangan digital sangat memengaruhi penjualan buku, terlebih dalam penjualan buku ajar.

Selain kurangnya minat masyarakat, pergantian kurikulum pendidikan di Indonesia menjadi faktor utama.

"Ini sudah pakai kurikulum merdeka belajar. Tidak tahu nanti kalau ganti presiden, ganti menteri, ganti lagi juga buku-bukunya," jelas Seny.

Penurunan penjualan buku di kios miliknya itu diperburuk saat memasuki masa pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Menurutnya penurunan terjadi hampir 60 persen.

Mau tak mau, dirinya harus mencari cara lain agar tetap mendapat keuntungan. Salah satunya dengan mengaktifkan penjualan buku secara online.

“Sekarang sepi, tidak seperti dulu. Makanya sekarang disambi dengan penjualan di Tokopedia dan Shopee. Kalau mengandalkan toko ini saja tidak bisa,” papar Seny.

Seny menuturkan, tantangan terbesar dari penjualan buku fisik saat ini adalah adanya perkembangan buku elektronik.

Meski begitu, dari sisi harga tidak lebih murah dari buku bekas. Buku elektronik memiliki keunggulan dari sisi kemudahan.

“Tantangannya e-book. Sekarang kan zamannya sudah internet semua. Kita kalah disitu,” pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerobong Asap Terbakar, Pabrik Tahu di Kabupaten Semarang Ludes Dilalap Api

Cerobong Asap Terbakar, Pabrik Tahu di Kabupaten Semarang Ludes Dilalap Api

Regional
Pendaftaran PPS 301 Desa di Magelang Diperpanjang, Apa Penyebabnya?

Pendaftaran PPS 301 Desa di Magelang Diperpanjang, Apa Penyebabnya?

Regional
Kaesang Pangarep Tergetkan PSI Menang di Pilkada Solo

Kaesang Pangarep Tergetkan PSI Menang di Pilkada Solo

Regional
4 Hari Kandas, 2 Kapal Kargo di Pelabuhan Pangkalbalam Diselamatkan

4 Hari Kandas, 2 Kapal Kargo di Pelabuhan Pangkalbalam Diselamatkan

Regional
Gunung Ibu Meletus 2 Kali Kamis Petang, Status Siaga

Gunung Ibu Meletus 2 Kali Kamis Petang, Status Siaga

Regional
Makan Tanpa Bayar di Warung, 2 Preman Ngaku yang Punya Lampung

Makan Tanpa Bayar di Warung, 2 Preman Ngaku yang Punya Lampung

Regional
Jasad Pria Tanpa Identitas Ditemukan Mengambang di Muara Sungai Asemdoyong Pemalang

Jasad Pria Tanpa Identitas Ditemukan Mengambang di Muara Sungai Asemdoyong Pemalang

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
Pilkada 2024, KPU Kabupaten Semarang Waspadai Dukungan Fiktif Calon Perseorangan

Pilkada 2024, KPU Kabupaten Semarang Waspadai Dukungan Fiktif Calon Perseorangan

Regional
Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik Pompa Air

Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik Pompa Air

Regional
BRIN Ungkap soal Rencana Penelitian Menhir di Sumbar

BRIN Ungkap soal Rencana Penelitian Menhir di Sumbar

Regional
Pemkab Ogan Komering Ulu Tetapkan Status Siaga Bencana Banjir

Pemkab Ogan Komering Ulu Tetapkan Status Siaga Bencana Banjir

Regional
Kronologi Ibu Racuni Anak Tiri di Riau, Beri Minum Kopi Kemasan Beracun hingga Kejang-kejang

Kronologi Ibu Racuni Anak Tiri di Riau, Beri Minum Kopi Kemasan Beracun hingga Kejang-kejang

Regional
Mantan Gubernur hingga Kiai Daftar Ikut Pilkada Babel Lewat PDI-P

Mantan Gubernur hingga Kiai Daftar Ikut Pilkada Babel Lewat PDI-P

Regional
Alasan Milenial hingga Pelaku UMKM Dukung Mbak Ita Kembali Pimpin Semarang

Alasan Milenial hingga Pelaku UMKM Dukung Mbak Ita Kembali Pimpin Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com